Ferrykosadi’s Blog

Just Want To Share

Sistem Informasi Akuntansi Berbasis Teknologi

Sistem Informasi Akuntansi Berbasis Teknologi

Pendukung Utama Bisnis Masa Depan

Ferry Kosadi

ABSTRAKSI

Globalisasi dalam sektor bisnis membuka peluang pelaku bisnis untuk memperluas pangsa pasarnya dan jaringan perusahaanya, demikian pula pada konsep manajerial menjadikan pelanggan sebagai prioritas utama dalam memenangkan persaingan global membuat pola-pola manajerial baru yang berkembang pada sistem keterbukaan perusahaan dengan lingkungannya sehingga membutuhkan dukungan dalam sistem informasi dengan teknologinya yang mengarah pada sistem On-Line Real Time yang menciptakan komunikasi data secara cepat dan meluas. Optimalisasi Sistem Informasi berbasis Komputer dikembangkan dengan memberikan peluang sekaligus implikasi negatif berupa penyalahgunaan data bisnis. Pergeseran Metode dan Tehnik Pengendalian pada Sistem Informasi berbasis komputer merupakan hal yang mutlak pada penerapan sistem informasi dengan Open System tersebut. Pengembangan tehnik-tehnik pengendalian baru diperlukan sejalan dengan perubahan yang cepat dalam teknologi informasi.

Kasta Kunci

Open Systems, Value Chain, Networking, On-Line, Resource-Event-Agent

PENDAHULUAN

Sebuah perkiraan yang dikemukakan oleh pakar telematika K.R.M.T. Roy Suryo Notodiprojo bahwa ke depan segalanya akan serba “e”, yakni e-commerce, e-scholl, e-business, e-government, e-public relation, e-dan (Penyalahgunaan dan kejahatan internet). Ini justru yang berkembang luar biasa. (Pikiran Rakyat, 23 Mei 2007- Rubrik Apa dan Siapa) mengarahkan pola pandang kecenderungan berbagai pola aktivitas di masa yang akan datang akan beralih pada basis teknologi. Konsep bisnis saat ini yang cenderung dengan orientasi pada pelanggan dengan berbagai pendekatan, termasuk penggunaan konsep Customer Relationship Management (CRM) dalam pengelolaan informasi pelanggan (Customer Information Management) yang dikemukakan oleh Kaj Storbacka “Ideally, the system should be constructed to allow ‘Automatic’ access to the required information as well as automatically store customer data”.(2001:128). Demikian pula Bernd H. Schmitt menyatakan “Three Marketing Trends at the turn of the new millenium (1) The Omnipresence of Information Technology,(2)The Supremacy of Brand (3)The Ubiquity of Communications and Entertainment”. (1999:3-10). Kenyataan lain dalam dunia perbankan yang mayoritas telah menerapkan aplikasi Automatic Teller Machine-ATM sebagai media pendekatan pada nasabahnya serta mulai meluasnya penerapan sistem validasi on-line dan Electronic Fund Transfer-EFT perbankan. Belakangan terjadi pula pergeseran dari Electronic-“e-“ menjadi Mobile-“m-“. Gambaran di atas menunjukkan perubahan kecenderungan pola perilaku hidup masyarakat sebagai konsumen dalam bisnis yang sangat dipengaruhi oleh penggunaan alat-alat berteknologi terutama teknologi komunikasi sebagai media pertukaran informasi dengan kapasitas pertukaran data yang semakin besar volumenya. Hal ini akan memicu pelaku manajemen dalam dunia bisnis untuk mengembangkan elemen dan Infrastruktur sistem informasi yang berlaku dalam pengembangan pola manajerialnya dengan cara yang lebih cepat, akurat, berelasi, jangkauan luas dan terpadu sebagai pendukung utama dalam pengambilan keputusan manajerialnya serta dalam pengembangan hubungan dengan pelanggannya. Ketidaksiapan Manajemen dalam pengembangan sistem informasi ini akan dapat memberikan akibat terjadinya keterlambatan proses pengolahan data untuk pengambilan keputusan dan proses evaluasi terhadap pelanggan serta keterlambatan respons pada pelanggan sehingga akan mengurangi value chain dalam bisnisnya.

Dalam kecenderungan bisnis yang bersifat Open System dengan memanfaatkan berbagai kemajuan di bidang teknologi komunikasi dan informasi, terdapat sebuah paradoks yang terjadi di Indonesia yaitu dikemukakan oleh Roy Suryo “Ketertinggalan penggunaan internet di Indonesia dibandingkan dengan negara lain yang menduduki urutan terakhir, namun terjadi hal mencolok yaitu kejahatan atau penyalahgunaan internet Indonesia menduduki urutan kedua di dunia setelah Ukraina” (Pikiran Rakyat, 23 Mei 2007- Rubrik Apa dan Siapa). Penyalahgunaan yang terjadi dalam dunia bisnis yang dikomputerisasi adalah sangat besar seperti dikemukakan Romney “Organisasi-organisasi yang melacak Penipuan komputer memperkirakan bahwa 80% usaha di Amerika Serikat telah menjadi korban paling tidak satu insiden penipuan komputer, dengan biaya mencapai USD 10 Milliar per tahun” (2004:338-Jilid1).

Gambaran tersebut menunjukkan kecenderungan dunia bisnis pada saat sekarang dan yang akan datang mengarah pada pemanfaatan teknologi informasi sebagai salah satu alat dalam mendekatkan dan membangun hubungan relasional pada pelanggannya sebagai penerapan pendekatan pada Manajemen Marketing Modern dan juga pemanfaatan teknologi komunikasi ini merupakan sebagai alat terjadinya berbagai transaksi seperti penjualan dan pembayarannya. Namun terdapat implikasi yang signifikan terhadap kemajuan atas penerapan teknologi komunikasi dalam dunia bisnis dengan resiko atas terjadinya penyalahgunaan karena sifat dari teknologi komunikasi yang terbuka (Open System).

Pemanfaatan Teknologi dalam Bisnis

Penggunaan teknologi yang meluas digunakan dalam dunia bisnis adalah pada teknologi komunikasi & Informasi yang didalamnya didukung dengan alat utama yaitu komputer, sejalan dengan perkembangan teknologi dalam bidang tersebut yang sangat cepat. Penggunaan awal sebagai media dalam pengolahan data administratif intern secara lokal dalam perusahaan dengan memanfaatkan konfigurasi jaringan (Networking) berupa Local Area Network (LAN) dengan komunikasi data intern berupa Intranet yang kemudian berkembang menjadi alat komunikasi data lintas wilayah dengan menggunakan konfigurasi jaringan luas berupa Wide Area Network (WAN), Value Added Network (VAN) dan semakin berkembang menjadi Megapolitan Network yang jaringannya meluas pada wilayah seluruh dunia sehingga komunikasi data berkembang pada Internet (Komunikasi Jaringan Penggunaan Bebas) dan ekstranet (Komunikasi Jaringan Penggunaan Terbatas). Terjadi pula pergeseran teknologi dalam konfigurasi jaringan ini dari penggunaan kabel biasa dan kabel serat optik hingga penggunaan nirkabel Wirelless Fidelity-Wifi). Perluasan kemampuan komputer dengan konfigurasi networking mengembangkan pola bisnis yang turut berkembang yang pada awalnya dengan memanfaatkan internet sebagai media marketing berupa promosi produk dan perluasan pengenalan profil perusahaan, berkembang menjadi media komunikasi berupa pembentukan komunitas sesama pemakai produk dan produsennya dengan mediator e-mail dalam internet sehingga perusahaan dapat dengan mudah mendekatkan diri dengan pelangganny, perkembangan berlanjut menjadi proses transaksi jual beli produk (e-trade) serta transaksi pertukaran financial dalam dunia perbankan (e-payment dan e-banking) dan kemudian dikembangkan lebih luas lagi menjadi berbagai pola komersialisasi bisnis (e-commerce dan e-business) perkembangan masih berlanjut dengan pergeseran elektronik secara dekstop menjadi portable atau mobile sehingga tercipta berbagai media transaksi on-line dengan penggunaan mobile-phone.

Bern H. Schmitt menegaskan “Why ios the rapid technological development important? Because through these product you will be able to send and receive information in any medium (text, voice, picture, and other media) to practically anybody (real or virtual). This will allow people and companies to connect and to share an experiential universe with another at any time”. (1999:6). Pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi dalam bisnis cenderung cepat mengingat pada kemampuannya dalam komunikasi data dalam berbagai media sehingga memudahkan pemakainya. Dalam mengembangkan konsep Customer Relationship Management, Kaj Storbacka mengemukakan bahwa membina jaringan dengan pelanggan adalah merupakan salah satu ukuran penting dalam nilai hubungan (Relationship Value).”As business becomes more networked, reference value becomes an increasingly important measure of relationship value. This means that attention should be paid to the reference value of a customer as soon as relationship established”.(2001:36), ia juga mengemukakan mengenai penerapan relasional dengan pelanggan pada perusahaan internasional General Electrics, “GE’s call centre operation is divided in two departments. One department answers calls from customers. This entire activity is loccated in Louisville. Two hundred people answer four million calls a year there”.(2001:30) Adalah menunjukkan keberperanan komunikasi dan pertukaran informasi antara produsen dengan pelanggannya melalui penyediaan jaringan komunikasi yang meluas. Penerapan sistem dengan basis komputer yang terintegrasi secara on-line melalui sarana internet adalah salah satu penunjang dalam hal tersebut sebagai media yang disediakan dengan biaya relatif murah dibandingkan dengan menggunakan komunikasi on-line dengan telepon. Customer Oriented merupakan konsep marketing saat ini yang dianggap mampu menghadapi persaingan dalam dunia bisnis dengan memberikan berbagai fasilitas pada pelanggannya melalui pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi sebagai mediator memberikan solusi yang cukup efektif namun juga sekaligus memberikan implikasi yang cukup beresiko tinggi bagi pelaku bisnis mengingat Open System membutuhkan infrastruktur yang sangat baik bagi kepentingan internal perusahaan, terutama dalam hal pengendalian datanya.

Peranan Sistem Informasi Akuntansi (SIA) dan Value Chain dalam Bisnis

Romney mengemukakan konsep rantai nilai – value Chain antara Sistem Informasi Akuntansi (SIA) perusahaan yang memberikan peranan langsung pada pelanggannya yaitu :

1. Inbound Logistics terdiri dari penerimaan, penyimpanan, dan distribusi bahan-bahan masukan yang digunakan oleh organisasi untuk menghasilkan produk dan jasa yang dijualnya.

2. Operasi (Operations) adalah aktivitas-aktivitas yang mengubah masukan menjadi jasa dan produk yang sudah jadi, sebagai contoh, aktivitas perakitan di dalam sebuah perusahaan otomotif mengubah bahan mentah menjadi mobil yang lengkap.

3. Outbond Logistics adalah aktivitas-aktivitas yang melibatkan distribusi produk yang sudah jadi ke para pelanggan. Sebagai contoh, mengirimkan mobil yang sudah jadi melalui jasa pelayaran ke para dealer mobil, adalah aktivitas outbond logistics.

4. Pemasaran dan Penjualan, mengarah pada aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan membantu para pelanggan untuk membeli jasa atau produk yang dihasilkan organisasi. Pemasangan iklan adalah sebuah contoh kegiatan pemasaran dan penjualan.

5. Pelayanan (Service), memberikan dukungan pelayanan purna jual kepada para pelanggan. Misalnya pelayanan perbaikan dan perawatan.

Kelima aktivitas tersebut didukung oleh lima aktivitas lain yaitu :

1. Infrastructur Perusahaan, mengarah pada kegiatan akuntansi, keuangan, hukum, dan administrasi umum yang penting bagi sebuah organisasi. SIA adalah bagian dari infrastruktur perusahaan.

2. Sumber Daya Manusia, melibatkan aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan perekrutan, pengontrakan, pelatihan, pemberian kompensasi dan keuntungan bagi pegawai.

3. Teknologi merupakan aktivitas yang meningkatkan produk dan jasa, contohnya penelitian dan pengembangan, investasi dalam teknologi informasi yang baru, pengembangan website, dan desain produk.

4. Pembelian (Purchasing), termasuk seluruh aktivitas yang mengakibatkan perolehan bahan mentah, suplai, mesin dan bangunan yang digunakan untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas utama.(2004:7-Jilid1).

Sistem Informasi Akuntansi dalam proses value chain bisnis adalah menunjukkan keberperanannya dalam hal penyediaan informasi yang akurat dan tepat waktu, sehingga kelima rantai nilai tersebut, secara terpadu akan memberikan peningkatan Value Added perusahaan bagi User termasuk bagi Pelanggan. Romney menyatakan bahwa SIA melakukan peranannya adalah dengan cara Perbaikan atas Kualitas dan Pengurangan biaya untuk menghasilkan produk atau jasa, Memperbaiki Efisiensi, Memperbaiki sistem pengambilan keputusan, dan Berbagi Pengetahuan. (2004:10)

Sumber : Modifikasi dari Bagan Marshall B. Romney-Paul John Steinbart hal 8 jilid 1

bg1

Proses menghasilkan sebuah produk yang berkualitas adalah prasyarat dalam menghadapi bisnis yang kompetitif, Edward J. Blocher mengemukakan “Supaya dapat tetap kompetitif dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat, perusahaan diseluruh dunia mengadopsi teknologi informasi dan pemanufakturan yang baru seperti Just in Time Inventory (JIT)…, Statistical Quality Control…”(2000:10,Jilid1), sehingga dukungan aliran informasi yang tepat dan akurat pada setiap proses produksi dalam upaya menghasilkan produk yang berkualitas adalah sangat mutlak, demikian pula tuntutan atas informasi mengenai pola Customer Expectation terhadap fungsionalitas dan kualitas produk sebagai informasi pendukung proses produksi yang menyebabkan produk menjadi lebih pendek usianya (Short Product Life Cycle), menuntut kecepatan arus informasi bagi perencana produk Kebutuhan informasi yang cepat dan akurat atas kebutuhan konsumen melalui Marketing Research bagi inovasi dan diversifikasi produk menjadi dominan meningat salah satu Critical Success Factor bagi perusahaan adalah Customer Oriented. Demikian pula dalam proses produksi itu sendiri aliran informasi yang akurat dibutuhkan sejak perencanaan produk hingga penyelesaian dan penyampaiannya pada pelanggan, The Deloitte & Touche Review pada November tahun 1996, menyatakan “Lebih dari 80% dari para eksekutif memandang teknologi informasi sebagai investasi stratejik. Perusahaan yang tanggap melaporkan bahwa mereka menggunakan teknologi informasi untuk menelusuri peristiwa-peristiwa keuangan dan operasional dalam perusahaan (74%), untuk meningkatkan kualitas jasa (41%) untuk meningkatkan laba (30%) dan untuk meningkatkan Produk (24%)” (Blocher, 2000:9, Jilid 1). Terjadi pergeseran pada proses pemanufakturan dari Volume tinggi, produksi jangka panjang, jumlah persediaan signifikan untuk persediaan barang dalam proses dan persediaan barang jadi menjadi volume rendah, produksi jangka pendek, fokus pada penurunan tingkat persediaan dan aktifitas serta biaya lain yang bernilai rendah. Demikian pula teknologi pemanufakturan dari otomatisasi perakitan dan aplikasi teknologi tertutup menjadi sistem robotic, dengan menerapkan sistem yang fleksibel dan integrasi teknologi yang terhubung dengan networking, baik secara intern maupun ektern terutama dengan pihak supplier. Hasil Produksi menjadi lebih bervariasi dengan siklus hidup yang pendek (Short Product Life Cycle) serta ruang lingkup pemasaran menjadi global.

Peranan SIA yang terintegrasi disini adalah untuk proses internal dalam hal proses data-data biaya produksi, pendanaannya dan proses manajerialnya, secara ekternal adalah pada proses perencanaan produksi berupa informasi hasil Marketing Research terhadap ekspektasi pelanggan berlanjut pada perencanaan dan pengembangan produk, dan hubungan dengan supplier dalam rangka penyerapan aplikasi teknologi manufaktur dari supplier secara on-line pada produk yang akan diproses serta akhirnya pelayanan marketing atas hasil produknya termasuk fasilitas after sales servicenya.Fasilitas on-line bagi pelanggan sering diberikan sebagai indikator terhadap keberhasilan atas suatu produknya sekaligus media mendekatkan dengan pelanggan atas informasi kebutuhan pelanggan terhadap produk-produknya yang dapat diterima secara cepat oleh perusahaan. Penerapan teknologi Informasi dengan metode Just In Time terhadap persediaan merupakan alternatif dalam efisiensi biaya yang membutuhkan kecepatan dan ketepatan data dalam alur pengolahan informasi perusahaan sebagai pendukung dalam proses pengambilan keputusan.

Tiga posisi Strategi bisnis menurut Michael E. Porter berupa Variety Based, posisi strategis berdasarkan keanekaragaman yang melibatkan produksi atau penyediaan sebagian dari produk atau jasa dalam industri tertentu, Needs Based, posisi strategis berdasar kebutuhan melibatkan usaha untuk melayani hampir seluruh kebutuhan dari kelompok pelanggan tertentu, Access Based, posisi strategis berdasarkan akses melibatkan sebagian pelanggan yang berbeda dari pelanggan lainnya dalam hal faktor lokasi geografis dan ukuran.(Romney, 2004:15 jilid1). Kemampuan teknologi komunikasi dan informasi yang mampu merubah bentuk format data ke dalam berbagai media seperti teks, gambar dan suara mempunyai keunggulan dalam menerapkan ketiga strategi bisnis dasar tersebut melalui fasilitas networking berupa internet dan ekstranet. Dalam hal strategi low cost strategy digunakan internet dan ekstranet mendukung dengan baik hal ini terutama dalam hal biaya-biaya komunikasi data dan informasi yang dibutuhkan pelanggan atau biaya-biaya administratif intern dengan memangkas atau mempersingkat rantai dan alur komunikasi data yang panjang. Networking dengan internet dan ekstranet telah mengurangi halangan untuk masuknya produk berupa barrier to Entry dalam banyak industri, dengan cara menghilangkan atau mengurangi kebutuhan untuk berinvestasi dalam asset-asset tertentu, antara lain validasi dan ATM on-line dari sektor perbankan. Pengurangan atau pemangkasan rantai distribusi dalam Distribution Channel sehingga perusahaan dapat memasarkan atau menjual produknya pada konsumen akhir tanpa melalui pedagang perantara. Pada akhirnya penerapan networking ini akan mampu mengurangi biaya-biaya terutama biaya variabel suatu produk sehingga akan mengurangi harga pokoknya (Cost of Goods Sold) dan akan memberikan kemampuan bersaing pada harga (Bargaining Power) Sekaligus pula mengeluarkan produk dan perusahaan dari keterbatasan atas wilayah penjulan.

Sistem Informasi Akuntansi dan Transaksi Bisnis

Karakteristik informasi yang berupa Relevan, Andal, Lengkap, Tepat Waktu, Dapat Dipahami dan Dapat Diverifikasi, secara ideal dihasilkan oleh suatu pengembangan dan implementasi Sistem Informasi Akuntansi yang terpadu yang menggabungkan secara optimal komponen berupa sumber daya manusia, prosedur, data, software dan infrastruktur menjadi lima siklus transaksi yaitu Revenue Cycle, Siklus pendapatan yang mencakup kegiatan penjualan dan penerimaan kas, Expenditure Cycle, siklus pengeluaran yang mencakup kegiatan pembelian dan pembayaran/pengeluaran kas, Payroll & Human Resouces Cycles, meliputi proses pengembangan potensi sumber daya manusia, Production Cycle siklus proses produksi dan biaya produksi, Financial Cycle, siklus kegiatan akuntansi dan keuangan merupakan fondasi dasar perusahaan dalam pengembangan bisnisnya. Penerapan model Enterprise Resource Planning – ERP yang merupakan model sistem informasi akuntansi terpadu berbasis komputer yang dikembangkan oleh Gartner Group dan diaplikasikan oleh banyak perusahaan (James A. Hall, 2003:545) adalah salah satu model yang mendukung dalam pengembangan value Chain SIA pada bisnis. Kerangka hubungan antar siklus dari sistem informasi akuntansi terintegrasi dengan pola yang mengambil pada model ERP adalah dalam bagan berikut :

Sumber : Modifikasi Marshall B. Romney & Paul John Steinbart Hal 30 Jilid1

bg2

Pola hubungan bagan tersebut diatas adalah hubungan dengan menggunakan Diagram Resource Event and Agent (REA) dengan pola dualitas ekonomi yaitu terjadinya proses Take and Give dari dua pelaku (Agent) baik secara intern dalam perusahaan maupun dengan pihak ekstern. Pola hubungan dengan asumsi menggunakan konfigurasi networking on-line untuk komunikasi data berbagai pihak yang terlibat akan memberikan proses kecepatan yang optimal sehingga luas organisasi perusahaan dapat tertanggulangi melalui networking on-line demikian pula jangkauan wilayah geografis antar siklus ataupun antar departemen dalam organisasi dapat terpecahkan. Hubungan komunikasi data dengan pihak ekstern termasuk dengan pemasok dan pelanggan akan dengan cepat terjalin, pertukaran data dapat dilakukan dengan cepat dan dengan dukungan Software dan database serta pengendalian yang baik akan menghasilkan keakuratan data yang baik. Penggunaan digitalisasi dari Formulir dalam kegiatan transaksional dengan penggunaan sistem pengendalian berupa validasi input data dan User Account (Id) memberikan efisiensi waktu dan biaya dalam proses pengolahan data transaksi, lalu lintas data transaksi bergerak dengan cepat dan efisien membuat proses pengambilan keputusan yang cepat dan akurat. Proses manipulasi data dilakukan dengan cepat oleh dukungan Software yang mempunyai arsitektur effisien dan struktur pengendalian program yang baik serta dukungan pengendalian intern dari sistem informasi akuntansi lainnya, termasuk prosedur internal audit yang dilakukan optimal akan menghasilkan arus informasi yang mendukung berbagai kebijakan dan strategi perusahaan dalam memenangkan persaingan globalnya.

Keadaan bisnis yang Competitive mensyaratkan terjadinya proses komunikasi data yang cepat baik untuk proses pengolahan berupa manipulasi & perhitungan data, pelaporan dan analisa terhadap data, berdasarkan pada kriteria data berupa Relevan, Andal, Lengkap, Tepat Waktu, Dapat Dipahami dan Dapat Diverifikas proses komunikasi data yang cepat dan terintegrasi adalah dengan menggunakan konsep manajemen database terpadu (Integrated Database Management Systems). Arsitektur database yang dirancang dalam bisnis yang bersifat Open Systems memerlukan prosedur pengendalian yang kuat termasuk membaginya kedalam dua sistem database yaitu Closed Systems Database untuk data-data kritis kebutuhan internal perusahaan dan Open Systems Database yang dapat digunakan dalam proses hubungan ekternal dengan pelanggan dan pemasok.

Penggunaan model database dengan Database Management Systems (DBMS) yang berelasional (Relational Database Management Systems (RDBMS) sebagai pendukung penerapan ERP dalam bisnis yang Open Systems tergambar dalam bagan di bawah ini dengan menggunakan konsep Open Systems Database,

Sumber : Accounting Information Systems,James A. Hall, Halaman 549

bg3

Arsitektur database dalam Open Systems memberikan peluang bisnis yang lebih luas sekaligus konsekuensi negatif yang cukup signifikan berupa keterbukaan data perusahaan. Model ini adalah pengembangan dari model database tradisional yang bersifat tertutup (Closed Systems Database) yang relatif aman terhadap aktivitas datanya, kalaupun terjadi penyalahgunaan data kemungkinan penyebabnya adalah terjadi oleh sebab penanganan internal perusahaan sehingga penanganan datanya relatif lebih sempit. Sebagai implikasinya, implementasi terhadap pengendalian menjadi lebih dominan dan termasuk dalamprioritas utama dalam pengembangan model Open Systems ini. Pengendalian dalam model ini tidak saja diperlukan untuk keamanan data internal tetapi juga sebagai jaminan atas keamanan data pelanggan dan pemasok sehingga menjadikan mereka lebih nyaman dalam bertransaksi dengan perusahaan. Kebijakan manajemen Information Technology – IT menerapkan dengan memilah kelompok data dalam Closed Systems Database dan sebagian lagi dalam kelompok data dalam Open Systems Database perlu dipertimbangkan, mengingat tingkat keamanan yang beresiko tinggi dan implikasi pada Cost Control yang cukup tinggi bila menerapkan Full Open Systems Database. Untuk kegiatan bisnis tertentu dapat menerapkan teknologi mirroring atas data yang bersifat keluar yaitu pada pelanggan dan pada pemasok. Pada Open systems, paling tidak menerapkan Validasi input data pada akses masuk sistem yang berlapis dengan tehnik kriptografi (Enkripsi) user yang berhak serta penerapan Biometric Validation System dengan berbagai bentuknya.

SIA dan Pengendalian

Efraim Turban menyatakan lima strategi dasar dalam membangun sistem pengendalian dalam bisnis dengan dengan basis komputerisasi, meliputi Controls for Preventing and Deterrence, Detection, Limitation, Recovery, Correction. (2001:667). Strategi ini yang diterapkan secara integral pada berbagai departemen yang terlibat dalam networking dalam kerangka kelancaran proses pengolahan dan manipulasi data serta pelaporannya untuk menjamin tidak terjadinya kesalahan dan malfungsi sistem.

Struktur Pengendalian Intern dalam sistem informasi akuntansi dari COSO (Committee of Sponsoring Organizations) yang dikembangkan saat ini terdiri dari lima komponen yaitu Pengendalian Lingkungan, Pengendalian Operasional, Pengendalian – Penilaian Resiko, Pengendalian Informasi & Komunikasi, Pengendalian dgn Pengawasan Kinerja dan ISACF (Information systems Audit and Control Foundation mengembangkan kerangka pengendalian COBIT (Control Objective for Information and Related Technology) (Romney, 2004:230, Jilid 1), implementasinya akan memberikan pengendalian yang melibatkan pihak manajemen untuk melakukan perbandingan atas praktik keamanan dan pengendalian dalam lingkungan teknologi informasi yang dikembangkannya, dan memberikan user merasakan pelayanan dari aplikasi teknologi informasi berupa jaminan kemanan yang memadai serta kemudahan bagi auditor dalam melakukan verifikasi internal guna rekomendasi atas sistemnya. COBIT merangkum standar pengendalian berdasarkan pada 36 sumber yang berbeda dalam satu kerangka pengendalian yang akan memberikan dampak besar dalam pengendalian sistem informasi basis komputer. (Romney, 2004:232, jilid 1). Standarisasi pengendalian intern yang diberikan COSO maupun COBIT telah mencakup integralisasi sistem dan lingkungannya dalam sistem informasi akuntansi berbasis komputer dengan penggunaan model ERP.

Implikasi yang terjadi pada Pengendalian intern dan Audit yang termasuk dalam Statement On Auditing Standards (SAS) no. 78 meliputi Otorisasi Transaksi, berupa membangun sistem validasi user saat masuk ke dalam suatu modul. Pemisahan Fungsi, penekanannya pada sedekat mungkin “sumber “ pada “kejadiannya” dan penerapan berbagai alat deteksi user dengan Privillege System. Supervisi atau Pengawasan bergeser pada kemampuan reaksional dari bagian struktur organisasi terbawah yang dapat melakukan tindakan secara otomatis berdasarkan pengendalian intern dalam sistem, sehingga pengembangan pengawasan menuju pada pengawasan atas kemampuan dan kecakapan dari personel lapis bawah dan meningkatkannya pada pengawasan yang lebih meluas (Span Control). Data Accounting, menjadi sangat up to date dengan sistem on-line real time sehingga membutuhkan pengendalian atas kebenaran data yang akurat dan bersih dengan menerapkan pendukung berupa program aplikasi pembetulan dan pembersihan data yang menjembatani antara ERP dengan aplikasi yang menggunakan data-datanya, semacam Firewall, Anti Virus, dll. Pengendalian Akses, adalah syarat paling mutlak dalam kondisi ERP dalam bisnis Open Systems dengan memaberikan pembatasan akses pada data-data yang mempunyai nilai dan beresiko tinggi serta menerapkan beberapa lapis kendali pada kewenangan akses terhadap sentral basis data atau database, perencanaan detail dan perubahannya perlu dilakukan secara temporer terhadap sentral sistem dan perkembangannya termasuk review atas kode akses dan user privillege, demikian juga proses verifikasi secara independen melalui rekonsiliasi data, reengineering terhadap sistem untuk peningkatan performanya. Audit terhadap Sentral Data, prosedur analitical review dengan subtantive test terhadap sentral data merupakan bagian penting untuk menciptakan keandalan dan meterialitas data demikian pula Compliance Test atas kepatuhan pada kewenangan dan validasi serta akses data.(James A. Hall, 2003:569).

Anita Denis, mengemukakan hasil penyampaian brosur dari Organisasi Internasional pada survei mengenai internal control :

“Sponsoring Organizations of the Treadway Commission (composed of representatives of the major U.S. accounting associations, including the American Institute of CPAs) has published a brochure listing “commonsense” questions to help directors and senior executives assess their organizations’ internal controls. Internal controls make news when earnings forecasts prove erroneous, previously reported earnings are revised or fraud occurs. A lack of effective controls can spell fiscal disaster, as was seen in the bankruptcy of Orange County, California, where the county sustained approximately $1.69 billion in derivatives-related losses.” (1995)

Kerugian yang besar dalam Sistem Informasi yang pengendalian internnya lemah, sekaligus menjadikan pengendalian intern yang baik sebagai prasyarat dalam optimalisasi Sistem Informasi Akuntansi dalam bisnis yang dilakukan dengan Open System, mengingat kerangka database yang terbuka aksesnya bagi siapa saja yang membuka peluang besar dalam penyalahgunaan data perusahaan.

Penutup

Komitment Manajemen dalam mengatasi kompetisi bisnis global memerlukan Keterbukaan dengan berbagai pihak, termasuk pelanggan sebagai Critical Success Factor dalam persaingannya membutuhkan sebuah media yang dapat menglobalisasikan perusahaannya dengan cepat. Hal ini dengan penerapan teknologi informasi yang dikembangkan sedemikian rupa untuk mencapai kemampuan atas peningkatan kualitas produk dan jasa pelayanannya serta meningkatkan hubungan yang lebih erat dengan pelangganya untuk mencapai tingkat Customer Loyality. Implikasi pada kebijakan ini adalah dengan pengembangan sistem informasi akuntansi yang berbasis komputer (Computer Based Information Systems – CBIS) dengan menerapkannya secara Open System yang memberikan peluang besar bagi perusahaan, namun sekaligus juga memberikan implikasi signifikan pada resiko keterbukaaan data berupa peluang penyalahgunaanya, sehingga membutuhkan pengelolaan serius dalam pengembangan dan implementasi Sistem Pengendalian Internnya (Internal Controls Systems) yang mengalami pergeseran dan perluasan pada tehnik dan metode pengendaliannya. Penggunaan alat-alat pengendalian seringkali perlu modifikasi dan perubahan mengingat pada kecepatan perubahan teknologi komunikasi dan informasi.

Daftar Pustaka

Blocher, Chen & Lin “Manajemen Biaya Jilid 1”, Diterjemahkan oleh A. Susty Ambarriani, M.Si, Akt., Mc Graw Hill CompaniesInc., Salemba Empat, Jakarta, 2000.

Dennis, Anita, Never fear change – new AICPA President Barry C. Melancon’s views on the accounting profession“, Journal of Accountancy, July 1995. FindArticles.com http://www.findarticles.com/p/articles/mi_m6280/is_n1_180/ai_17322372

Hall, James A., “Accounting Information Systems”, 3rd Edition, 2003

Josua Tarigan, “Biometric Security: Alternatif Pengendalian dalam Sistem Informasi”, Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol 6 No.2, 2004:90-105, Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Petra, Http://puslit.petra.ac.id/~puslit/journals/

Kaj Storbacka & Jarmo R. Lehtinen, “Customer Relationship Management, Creating Competitive Advantage through win-win Relationship Strategies”, Mc Graw Hill Education, Singapore, 2001.

Marshall B. Romney & Paul John Steinbart, “Accounting Information Systems, Jilid I-II”, 9th Edition, , Diterjemahkan oleh Dewi Fitriasari, S.S, M.Si. dan Deny Amos Kwary, S.S., Pearson EducationPrentice-Hall, Salemba Empat Jakarta, 2004.

Michael E. Porter dalam Marshall B. Romney & Paul John Steinbart, “Accounting Information Systems, Jilid I”, 9th Edition, , Pearson EducationPrentice-Hall, Salemba Empat Jakarta, 2004.

Pikiran Rakyat, 23 Mei 2007-“ Rubrik Apa dan Siapa”

Schmitt, Bernd H., “Experiental Marketing, How to Get Customers to Sense, Feel, Think, Act and Relate to Your Company Brands”, The Free Press, New York, USA, 1999.

The Deloitte & Touche Review dalam Blocher, Chen & Lin “Manajemen Biaya Jilid 1”, Mc Graw Hill CompaniesInc., Salemba Empat, Jakarta, 2000.

Turban, Mc Lean & Wetherbe, “Information Technology for Management, Making Connection for Strategic Advantage”, 2nd Edition, John Willey & Sons, Inc., USA, 2001.

Dennis, Anita, Never fear change – new AICPA President Barry C. Melancon’s views on the accounting profession“. Journal of Accountancy. July 1995. FindArticles.com. 26 Mar. 2007. http://www.findarticles.com/p/articles/mi_m6280/is_n1_180/ai_17322372

January 18, 2009 - Posted by | Sistem Informasi Akuntansi

No comments yet.

Leave a comment