Ferrykosadi’s Blog

Just Want To Share

Peranan Pengendalian Intern Sistem Komputerisasi

Peranan Pengendalian Intern Sistem Komputerisasi

Dalam Menunjang

Efektivitas Pengelolaan Rekening Dana Tabungan dan Giro

(Suatu Pengembangan Dari Studi Kasus Pada Bank “ X” di Bandung)

Ferry Kosadi

Abstraksi

Aplikasi pada Teknologi Informasi pada Sektor Perbankan merupakan tuntutan bagi penyediaan Value Chain dan sekaligus sebagai Critical Succes Factor pada bidang bisnisnya, sehingga langkah ekspansif secara operational adalah proporsional dengan pengembangan pada infrastruktur dan database dari Integrated Networking Systems pada aplikasi teknologi informasinya menghasilkan layanan On-Line Realtime bagi nasabahnya. Upaya Perbankan melakukan berbagai kegiatan untuk mendekatkan diri pada nasabahnya dengan menyediakan berbagai fasilitas kemudahan layanan yang berbasis teknologi Informasi ini memiliki Inherent Risk berupa peluang akses masuk pada transaksi secara illegal dengan mudah dan cepat (Computer Abuse). Sebagai Critical Success Factor dan Value Chain dalam bisnis perbankan Penerapan Sistem Pengendalian Intern yang baik dapat memberikan pencegahan atau deteksi dini dan meminimalisir kemungkinan terjadinya kecurangan sehingga Pengembangan atas Sistem Pengendalian Intern membutuhkan pertimbangan pada Faktor Eksternal berupa Value Chain dan Faktor Internal berupa Keamanan Aktiva, kepatuhan pada Kebijakan Manajemen, Efisiensi & Efektivitas Organisasi atau Tujuan Tradisional SPI.

Kata Kunci

Online Realtime, System Network, Inherent Risk, Authentification, Certificate Authority

Pendahuluan

Pengembangan Sistem Komputerisasi dalam bidang Perbankan saat ini adalah mutlak, mengingat pada kebutuhan pada pihak perbankan dengan mendekatkan dirinya pada masyarakat sebagai mediator dan bagian dari Konsep Orientasi Pelanggan dalam meningkatkan Layanan pada Nasabah, seperti dengan penerapan ATM on-line, Electronic Banking dan Mobile Banking, fasilitas ini sangat berhubungan dengan pengelolaan Sumber Dana Bank dari Penyediaan Rekening Tabungan dan Giro. Implikasi dari penerapan on-line di bidang ini menyebabkan pula pada pengembangan Sistem Akuntansinya secara intern yang berbasis pada Komputer dan pergeseran pada Tehnik dan Metode pengendalian Internnya.

Pada Dasarnya pengembangan Sistem Pengendalian Intern yang umum diterapkan terbagi menjadi dua kelompok yaitu Sistem Pengendalian Aplikasi (Application Control) dan Sistem pengendalian Umum (General Control). Hal ini disebabkan terjadinya perubahan pola kerja berbasis manual dengan berbasis komputer dan lingkungannya dalam hal elemen-elemen Sistem Informasi Akuntansi yang yang dipengaruhi secara signifikan oleh Sistem Komputer, terutama perubahan pada berbagai proses yang dilakukan oleh sistem komputer dengan penggunaan Manajemen Basisdata atau Database Management System serta Infrastruktur Sistem komputer sebagai elemen baru dalam Pengolahan Data Berbasis Komputer mengakibatkan perubahan Tehnik dan Metode Pengendalian Intern yang melibatkan Sistem Komputer sebagai bagian dari Sistem Pengendalian Informasi Akuntansi secara keseluruhan.

Permasalahan

Pengembangan Sistem Pengendalian Intern diperlukan dalam Rangka Mengatasi Beberapa Permasalahan sbb :

1. Permasalahan pada awal penerapan aplikasi Komputer di Perbankan yaitu periode 1980an berdasarkan pada penelitian Awal Penulis pada tahun 1989, terjadinya berbagai kerugian dalam pengelolaan Giro Bank yaitu, Well Fargo Bank USD 21.000.000, Security Pacifik National Bank USD 10.000.000 (Suara Pembaruan, 6 Juli 1987), sedangkan kejahatan saat itu yang terjadi di Indonesia selama 1982-1988 adalah 106 Kasus dengan Nilai 45,7 Milliar Rupiah (Majalah Tempo, 31 Desember 1988)

2. Dikemukakan Roy Suryo, kejahatan Komputer On-line melalui Internet Indonesia Menduduki Peringkat kedua setelah Ukraina (Pikiran Rakyat, 23 Mei 2007).

3. 80% perusahaan di Amerika terkena Kejahatan Komputer, dengan kerugian biaya sebesar USD 10 Milyar per tahun (Marshall B. Romney, 2004:338-Jilid1).

Dari permasalahan tersebut diatas menunjukkan peningkatan kasus kejahatan perbankan yang semakin tinggi, kejahatan komputerisasi on-line yang semakin rawan khususnya oleh pelaku orang Indonesia dan besarnya nilai kerugian yang besar dibalik pemanfaatan komputerisasi secara optimal yang semakin meluas ruang lingkupnya oleh dunia usaha, khususnya sektor perbankan sehingga memerlukan Sistem Pengendalian Intern yang baik untuk dapat menjadi Value Chain dalam bisnis perbankan.

Pembahasan

Perbankan dan Komputerisasi

Bisnis perbankan yang membutuhkan tingkat kepercayaan tinggi dari para nasabahnya membutuhkan infra struktur yang baik dalam memberikan kemudahan serta fasilitas layanannya. Customer Relationship Management (CRM) merupakan salah satu strategi marketing perbankan dalam meningkatkan loyalitas pelanggan yang memberikan salah satu cara mendekatkan diri pelaku bisnis dengan pelanggan secara geografis melalui penerapan teknologi akan menghasilkan Nilai Tambah secara Emosional (Kaj Storbacka, 2001:Figure4.3:86), Nilai tambah tersebut berupa kemudahan bagi Nasabah dalam hal melakukan aksesibilitas terhadap sumber keuangannya dalam rangka berbagai aktivitasnya. Aplikasi Teknologi perbankan yang pertama diterapkan adalah dengan Automatic Teller Machine (ATM) dengan sistem pengolahan data On-line Realtime sangat berhasil dan memasyarakat, kemudian disusul dengan dikembangkannya Electronic Banking melalui Internet dan terakhir dengan Mobile Banking, termasuk didalamnya adalah penggunaan Electronic Transfer Fund (EFT) antar Bank serta Aplikasi Real Time Gross Settlement (RTGS) dan Kliring otomatis dengan Bank Indonesia melalui Dokumen Kliring Elektronik. Aplikasi Transfer otomatis dengan RTGS, melibatkan sebuah korporasi Bank Internasional yaitu Basel II dan penggunaan Fasilitas Software dari SilverLake yaitu sebuah Core Banking System yang memenuhi standar internasional. Keseluruhan aplikasi tersebut sangat membutuhkan Perangkat Pengendalian Intern Sistem Komputer yang baik, mengingat perilaku data yang bersifat On-Line Realtime dengan tingkat keakuratan dan kecepatan proses yang tinggi sekaligus mempunyai Inherent Risk sebagai titik rawan yang dapat dimanfaatkan bagi pelaku kejahatan komputer (Computer Abuse).

Pengendalian Intern Sistem Komputer Perbankan

Pada dasarnya Alat dari sistem pengendalian intern yang umum dilakukan adalah dibagi dua yaitu pengendalian Umum (General Control) dan Pengendalian Aplikasi (Application Control) (Chambers,1988:29, Joseph W. Wilkinson, 1988:491, George H. Bodnar, 2002:Jilid1:186) yang mengacu pada tiga komponen atau elemen sebagai struktur pengendalian intern berupa Lingkungan pengendalian, Sistem Akuntansi dan Prosedur-prosedur Pengendalian. (George H. Bodnar, 2002:Jilid1:186, Marshall B. Romney, 2005:jilid 1:232)

Pengendalian Lingkungan Perbankan

Merupakan struktur dasar organisasi bisnis dalam melakukan pengendalian intern dan merupakan kebijakan yang bersifat strategis berupa Filosofi dan Operasional Manajemen, Struktur Organisasi, Fungsi Dewan Komisaris beserta anggotanya, Metode Otorisasi dan Tanggung jawab, Metode Pengendalian Manajemen, Fungsi Audit Intern, Kebijakan dan Praktik Kepegawaian serta Pengaruh Eksternal yang berkaitan dengan perusahaan (George H. Bodnar, 2002:Jilid1:176)

Beberapa Perbankan dengan menerapkan konsep Customer Relationship Management (CRM) secara ekpansif melakukan pembagian organisasional menyeluruh dengan Memperbanyak, menyebar dan membagi organisasinya menjadi cabang-cabang kecil dengan struktur Pembagian pada kewilayahan (Regional), Cabang utama, Cabang Pembantu dan kantor Kas memberikan kontribusi berupa Value Chain bagi nasabahnya dalam hal kemudahan menjangkau secara geografis, ditambah dengan penyebaran mesin ATM yang meluas memberikan peranan yang sangat besar dari Komputer, sehingga fasilitas dan infra struktur jaringan komputer (Computer Networking) menjadi sangat berarti dalam melakukan pengolahan data secara on-line realtime, dalam hal ini prinsip pengendalian intern berupa Keandalan Data dan Keandalan Atas Sistem Komputer merupakan bagian penting bagi perbankan. Perubahan terjadi pula pada pola Otorisasi dan tanggung Jawab, dengan memberlakukan sistem Otorisasi Otomatis dan terkomputerisasi secara On-line diantara cabangnya hingga kantor pusat dengan berbagai tingkat tanggung jawab atas nilai otorisasi transaksinya. Implikasi Positif dari perubahan ini adalah berupa perampingan organisasi dalam penggunaan pegawai yang pada mulanya membutuhkan sistem otorisasi bertingkat secara manual dengan keberadaan pelaku otorisasi menjadi bergeser dengan berpindahnya pelaku otorisasi secara online dengan menggunakan otomatisasi otorisasi terhadap transaksi-transaksi yang dilakukan dengan penerapan secara berlapis dan bertingkat. Dampak positif lain adalah efektivitas pegawai cabang dapat lebih optimal dengan terjadinya perubahan fokus dari tanggung jawab otorisasi online secara berlapis dan bertingkat, sehingga perhatian dan fokus karyawan cabang adalah pada pengumpulan dan pengeluaran dana serta pemeliharaan loyalitas nasabahnya. Standar kerja dengan Otomatisasi Komputer yang berlaku pada seluruh banknya memberikan peluang kemampuan karyawan untuk secara mudah berotasi dari cabang yang satu ke cabang lain.

Dari penelitian awal pada Bank Pemerintah di Bandung, dan dari wawancara dengan beberapa Pelaku perbankan, Organisasi Khusus Sistem Komputer telah dibangun dengan membagi menjadi System analist, System Programmer, Operator, Librarian, Clerical Data Control (George H. Bodnar, 2005:187). Sebagian lainnya membagi pula menjadi lebih khusus dalam bidang Sistem Jaringannya berupa Data Networking, System Networking & Physical Networking termasuk didalamnya System Security.

Sistem Akuntansi dan Prosedur Pengendalian Perbankan

Sistem Akuntansi (Romney Menyebutnya dg Aktivitas-aktivitas Pengendalian, 2005:236) merupakan Metode dan catatan-catatan yang dibuat untuk identifikasi, mengumpulkan, menganalisa, mencatat dan melaporkan transaksi-transaksi organisasi dan menyelenggarakan pertanggungjawaban atas aktiva dan kewajiban yang berkaitan (George H. Bodnar, 2002:Jilid1:181) meliputi Otorisasi dan kegiatan yang Memadai, Pemisahan Tugas, Desain dan Penggunaan Dokumen serta Catatan yang Memadai, Penjagaan Asset dan Pencatatannya yang Memadai, Pemeriksaan Independen Atas Kinerja. (Marshall B. Romney, 2005:236)

Kebijakan perbankan saat ini terhadap rekening Tabungan dan Giro yang melakukan transaksi pengambilan dana dengan nilai tertentu secara langsung ke teller diberikan biaya, merupakan langkah kebijakan yang bersifat efisiensi kertas kerja atas catatan-catatan transaksi yang dirubah dari manual ke otomatisasi di ATM dan efisiensi pola kerja pegawai di tingkat cabang, sekaligus perubahan pola otorisasi standar nilai transaksi yang diberikan pada petugas bank, khususnya teller dan Customer Service yang melakukan data entry atas transaksi yang terjadi secara On-Line yang dalam prosesnya Otorisasi terhadap nilai yang lebih tinggi dari otoritasnya akan dilakukan secara On-line pada saat transaksi dilakukan memberikan efisiensi waktu dan tenaga pelaku, serta ketepatan atas proses pengolahan data masing-masing nasabah. Segregation of duties dari rangkaian transaksi terlihat dari awal proses pembukaan rekening dan permasalahan khusus yang diberikan kewenangannya pada Customer Service yang melakukan Input Data setelah verifikasi data manual nasabah dan terkahir dengan otorisasi dari Kepala Cabang, sedangkan Teller hanya melakukan kewenangan berupa transaksi penerimaan dan pengeluaran atau transfer dengan kendali pertama adalah kewajiban melakukan Entry Data melalui proses verifikasi identitas nasabah dan data-data fisik dari jenis sumber dana seperti check dan giro bilyet, Proses Authentification dilakukan secara online untuk transaksi pengambilan dana dengan menggunakan alat otentifikasi menggunakan PIN (Personal Identification Number dan Password) dalam Magnetic Bar Code pada kartu nasabah. Inherent Risk yang ada dalam transaksi ini adalah seandainya pihak Teller tidak melaporkan kegiatan penerimaan dananya, namun diantisipasi oleh adanya kewajiban Entry dan Validasi Komputer sehingga akan tercetak berupa Printout dalam slip yang diberikan kembali pada nasabahnya serta Prosedur Service berupa standar kerja Teller berkewajiban menunjukkan tanda Validasi pada Nasabah yang selesai bertransaksi, Kendali lain adalah dari pemanfaatan sistem antrian secara on-line (Online Queing System) yang mengeluarkan nomor urut, akan dicek terhadap kegiatan transaksinya, demikian juga Bagian Akuntansi dan Internal Audit melakukan Proses Penelaahan terhadap perilaku-perilaku data yang tidak umum dan bantuan System Software dalam penyediaan Exceptional Log atas kriteria-kriteria data tertentu. Pemishan Fungsi Data Capture dilakukan oleh Customer Service, dan fungsi Data Query dan Data Update dilakukan oleh teller dengan melalui tahapan otentifikasi PIN dan Password, validasi dan otorisasi, Rekonsiliasi Data oleh Akuntansi dan Verifikasi perilaku Data Oleh Internal Audit.

Transaksi otomatis dengan Realtime yang digunakan adalah transaksi melalui ATM, Transfer dan RTGS, dalam hal ini yang mempunyai nilai transaksi besar adalah RTGS,. Jenis transaksi ini dapat dilakukan melalui Counter Teller, ATM dan Electronic Banking serta Mobile Banking. Proses Pengendalian sejak awal diterapakan untuk ATM dengan pemberian kode akses berupa PIN (personal Identification Number), Password, sedangkan untuk Transaksi Electronic Banking dan Mobile Banking, diawali dengan penggunaan Register melalui Kartu ATM (PIN dan Password), untuk mendapatkan Access ID, Registering Access ID kemudian untuk melakukan transaksi harus menggunakan Token PIN (Pengacak PIN & Password), pembatasan transaksi diberikan secara harian untuk transaksi melalui fasilitas ini. Kunci transaksi ini adalah pada lapisan-lapisan Authentification selanjutnya yang berperan adalah proses otomatisasi transaksi ke seluruh dunia dengan batasan jumlah saldo transaksi, pada tahap ini Sistem komputer yang bekerja dengan menggunakan Security Networking ke seluruh jaringan perbankan Dunia melalui Monitoring Data dari Bank Indonesia serta fasilitas Sysstem Software berupa Identification Control dan Batch Log (Daftar atau register per periode tertentu) disertai verifikasi rutin dari Bagian Internal Control akan memungkinkan proses pengecekan korektif dalam waktu yang singkat. Proses Networking dengan sistem ini dilakukan dengan menggunakan kerjasama internasional perbankan dengan Basel II, dan dukungan Software Network dari SilverLake. Bagian Akuntansi dan Internal Audit melakukan peranan monitoring dan verifikasi terhadap perilaku data yang abnormal terhadap perubahan saldo-saldo transaksi. Umumnya saat ini di Indonesia masih menggunakan tehnik otentifikasi (Authentification System) dari otomatisasi adalah menggunakan Metode Something You Have (Key/Card), Something You Know (PIN, Password, Clue) dan belum menggunakan Metode Something You Are (Biometric-Finger, Irish, Face, Body Part). (Liu & Silverman, 2004).

Transaksi yang berkaitan dengan bank lain serperti transfer dan kliring, dapat dilakukan secara on-line pula paling tidak untuk transaksi Kliring menggunakan On-line Batching yaitu dalam batas kelompok waktu tertentu untuk bertransaksi secara on-line dengan Bank Indonesia melalui Dokumen Kliring Elektronik yaitu Kliring otomatis, walaupun saat ini masih belum total Paperless, namun masih menggunakan warkat-warkat kliring yang dikirmkan secara Batch di waktu tertentu. Penggunaan Kliring otomatis dari Bank Indonesia ini telah mampu memotong waktu proses kliring secara manual. Proses dilakukan oleh Bagian Kliring dengan melakukan Data Entry menggunakan alat Encode Entry melakukan entry terhadap warkat-warkat kliring di cabangnya masing-masing yang tersambung online dengan Bank Indonesia sehingga proses pencairan dananyapun bisa dilakukan dengan cepat.proses terhadap warkat secara fisik, tetap dilakukan dengan pengiriman ke Bank Indonesia dengan efisiensi waktu dan pola kerja yang jauh lebih efisien.

Bentuk pengendalian lain yang dilakukan adalah dengan berbagai kebijakan kepegawain mengenai fungsi Rotasi pegawai atau Rolling secara berkala dan Pengambilan cuti wajib, memungkinkan deteksi atas praktik-praktik yang tidak sehat, yaitu pada saat yang bersangkutan mendapatkan Rolling atau cuti, memungkinkan pegawai lain sebagai pengganti menemukan kebiasaan-kebiasaan yang mungkin tidak baik. Rekonsiliasi yang dilakukan setiap hari oleh bagian Akuntansi, juga merupakan alat deteksi atas perilaku data yang abnormal, untuk menemukan indikasi-indikasi negatif dan evaluasi dari bagian internal audit secara rutin ataupun acak dan meberikan fungsi sebagai akuntan forensik dengan melakukan investigasi-investigasi khusus terhadap temuan atas perilaku data yang abnormal dengan segera, merupakan bagian pengendalian intern dari pihak perbankan.

Pengendalian Intern Sistem Komputerisasi

Tehnik Pengendalian Intern yang dikembangkan oleh COSO (Committee of Sponsoring Organisations) memberikan acuan dasar berupa Pencapaian Tujuan Pengendalian dengan pertimbangan pada (1) Efektivitas dan Efisiensi Operasional Organisasi, (2) Keandalan Pelaporan Keuangan, (3) Kesesuaian dengan Hukum dan Peraturan yang Berlaku. (Marshall, 2004, Jilid I:230) sedangkan COBIT (Control Objectives for Information and Related Technology) Memberikan acuan yang memungkinkan (1) Manajemen Melakukan perbandingan atas praktik Keamanan dan Pengendalian dalam Lingkungan Teknologi Informasi, (2) Pemakai Layanan Teknologi Informasi merasa pasti akan adanya pengendalian dan keamanan yang memadai, (3) Auditor Dapat memberikan pendapat mereka atas pengendalian Internal dan memberikan saran atas masalah dan keamanan Teknologi Informasi. (George H. Bodnar, 2004, Jilid I:232).

Penerapan kerangka Pengendalian Intern yang diterapkan oleh COBIT, memberikan keuntungan berupa (1) Tujuan Bisnis Tercapai, yaitu Efektivitas (Relevan, Berkaitan, dan Tepat Waktu), Efisiensi, Kerahasiaan, Integritas, Ketersediaan, Kesesuaian dengan persyaratan Hukum, dan Keandalan, (2) Sumber Daya Teknologi Informasi yang didalamnya adalah orang Sistem Aplikasi, Teknologi, Fasilitas dan Data. (3) Proses Teknologi Informasi yang dipecah kedalam 4 bidang yaitu Perencanaan & Organisasi, Proses Perolehan (Acquisition), dan Implementasi, Pengiriman dan Pendukung, serta Pengawasan. (George H. Bodnar, 2004, Jilid I:232)

Dilihat dari Aplikasi yang diterapkan perbankan, Pengendalian intern adalah meliputi ruang lingkup yang luas, yang melibatkan banyak pihak ketiga terutama dalam bertransaksi melalui fasilitas ATM dan electronic Bankingnya melalui penggunaan EFT – Electronic Fund Transfer, dan fasilitas EDI (Electronic Data Interface) hal ini melibatkan System Network yang Universal yang melibatkan pula berbagai pihak ketiga dalam prakteknya sebagai dukungan dalam jaringan sistem informasinya. Namun demikian Standarisasi COBIT memberikan jaminan kepastian keamanan yang baik sehubungan dengan keterlibatan pihak ketiga (George H. Bodnar, 2004, Jilid I:232).

Beberapa Kerjasama yang dilakukan perbankan dengan pihak ketiga, diantaranya dengan Basel II sebagai korporasi Perbankan Internasional dengan standarisasi Otomatisasi Komputer On-line, Silverlake sebagai Core Banking Systems Internasional yang menyediakan fasilitas-fasilitas online dengan system securitynya, serta beberzapa pihak lain. Sebagai bagian dari layanan langsung pada nasabahnya secara Online pihak perbankan juga bekerja sama dengan pihak ketiga terutama dalam hal Authentification System pada penggunaan PIN, Password, User ID dengan pola Certificate Authority (CA), dengan menggunakan teknologi Cryptograph sebuah pola enkripsi dan dekripsi dari mulai Personal Identification Number, Password, Data Access Code, termasuk Items Data yang dienkripsikan. Kerjasama ini antara lain dengan pihak SSL (Secure Socket Layer), SET (Secure Electronic Transactions) yang dikembangkan oleh Visa dan MasterCard, dll, dalam hal Enkripsi data yang diterima atau dikirim pihak bank.

Pada Akhir Maret 2008, muncul pernyataan baru mengenai kebijaksanaan Bank Indonesia dalam mengantisipasi pemalsuan kartu kredit dengan sistem Magnetic Bar Code yang teknologinya telah berusia kurang lebih 35 tahun, dirubah teknologinya menjadi teknologi Microchip yang kurang lebih seperti yang digunakan oleh Kartu Telepon Selular, pembaharuan teknologi ini dimaksudkan untuk dalam rangka optimalisasi tehnik pengendalian dalam Authentification dari User dan tentunya akan menyebabkan perubahan tehnik dan metode Internal Perbankan dalam Proses Pengendalian Internnya sehingga Peluang Pemanfaatan oleh yang bukan haknya dapat senantiasa dihindarkan.

Gambaran umum pemakaian dengan tehnik Certificate Authority (CA) dan Model Authentification, adalah seperti dalam gambar di bawah ini :

Sumber : Seminar Getar Digital-Gelar Strategi Bisnis di Era Digital, Onno Purbo, Ph.D., 29 Mei 2001.

2_bg1

Sumber : Information Technology for Management, Transferring Business in Digital Economy, Turban, Mc Lean, Wetherbe, 3rd Edition, Willey international, 2002.

2_bg2

Bagian Internal Audit telah menerapkan konsep Risk Based Audit dalam melakukan Audit internal sistem informasi perbankan, dan beberapa Bank telah melakukan Audit oleh kantor Akuntan Publik untuk Sistem Informasinya.Proses Pengembangan Desain dan Implementasi Sistem Informasinya menggunakan SDLC (System Development Life Cycle).

Penutup

Penggunaan teknologi informasi, yang telah menjadi sebagian gaya hidup masyarakat menjadikan perbankan mampu lebih dekat dengan pihak nasabah dan mampu memberikan layanan berupa kemudahan dan kecepatan akses terhadap transaksi dengan disertai kecepatan proses yang baik dan penerapan Sistem Pengendalian Intern yang baik oleh perbankan mampu memberikan efektivitas terhadap pencapaian tujuan perbankan dalam maningkatkan layanan pada nasabah, memberikan keandalan dan keakuratan proses terhadap data yang sangat tinggi, sehingga memberikan implikasi terhadap kepercayaan dari nasabahnya sehingga tujuan Customer Loyality dapat tercapai. Inherent Risk pada transaksi Online dapat ditekan sedemikian rupa melalui penerapan pengendalian intern yang baik terutama penerapan standarisasi dari COBIT, serta sosialisasi penggunaannya pada nasabah, karyawan dan Manajemen Perbankan. Penelitian lebih lanjut secara formal dan mendalam diperlukan dalam pengembangan karya tulis ini.

Daftar Pustaka

Ferry Kosadi, “Peranan Pengendalian Intern Pengolahan Data Elektronik dalam Menunjang Efektivitas Pengelolaan Giro Bank”, 1989.

George H. Bodnar, William S. Hoopwod, “Sistem Informasi Akuntansi”, Di Indonesiakan Oleh Amir Abadi Jusuf, Rudi M. Tambunan, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 2000.

Kaj Storbacka & Jarmo R. Lehtinen, “Customer Relationship Management, Creating Competitive Advantage through win-win Relationship Strategies”, Mc Graw Hill Education, Singapore, 2001.

Marshall B. Romney & Paul John Steinbart, “Accounting Information Systems, Jilid I-II”, 9th Edition, , Diterjemahkan oleh Dewi Fitriasari, S.S, M.Si. dan Deny Amos Kwary, S.S., Pearson EducationPrentice-Hall, Salemba Empat Jakarta, 2004.

Onno W. Purbo, Ph.D, Seminar Getar Digital, gelar Strategi Bisnis di Era Digital, 29 Mei 2001.

Simmon Liu & Mark Silverman, “A Practical Guide to Biometric Security Technology, Computer Society”, http://www.computer.org, 2001.

Pikiran Rakyat, 23 Mei 2007-“ Rubrik Apa dan Siapa”

Turban, Mc Lean & Wetherbe, “Information Technology for Management, Making Connection for Strategic Advantage”, 2nd Edition, John Willey & Sons, Inc., USA, 2001.

Wawancara Informal dengan Pelaku Kompeten, di bank Swasta dan Pemerintah, 2008

January 18, 2009 - Posted by | Sistem Informasi Akuntansi

No comments yet.

Leave a comment