Ferrykosadi’s Blog

Just Want To Share

Peranan Pengendalian Intern Sistem Komputerisasi

Peranan Pengendalian Intern Sistem Komputerisasi

Dalam Menunjang

Efektivitas Pengelolaan Rekening Dana Tabungan dan Giro

(Suatu Pengembangan Dari Studi Kasus Pada Bank “ X” di Bandung)

Ferry Kosadi

Abstraksi

Aplikasi pada Teknologi Informasi pada Sektor Perbankan merupakan tuntutan bagi penyediaan Value Chain dan sekaligus sebagai Critical Succes Factor pada bidang bisnisnya, sehingga langkah ekspansif secara operational adalah proporsional dengan pengembangan pada infrastruktur dan database dari Integrated Networking Systems pada aplikasi teknologi informasinya menghasilkan layanan On-Line Realtime bagi nasabahnya. Upaya Perbankan melakukan berbagai kegiatan untuk mendekatkan diri pada nasabahnya dengan menyediakan berbagai fasilitas kemudahan layanan yang berbasis teknologi Informasi ini memiliki Inherent Risk berupa peluang akses masuk pada transaksi secara illegal dengan mudah dan cepat (Computer Abuse). Sebagai Critical Success Factor dan Value Chain dalam bisnis perbankan Penerapan Sistem Pengendalian Intern yang baik dapat memberikan pencegahan atau deteksi dini dan meminimalisir kemungkinan terjadinya kecurangan sehingga Pengembangan atas Sistem Pengendalian Intern membutuhkan pertimbangan pada Faktor Eksternal berupa Value Chain dan Faktor Internal berupa Keamanan Aktiva, kepatuhan pada Kebijakan Manajemen, Efisiensi & Efektivitas Organisasi atau Tujuan Tradisional SPI.

Kata Kunci

Online Realtime, System Network, Inherent Risk, Authentification, Certificate Authority

Pendahuluan

Pengembangan Sistem Komputerisasi dalam bidang Perbankan saat ini adalah mutlak, mengingat pada kebutuhan pada pihak perbankan dengan mendekatkan dirinya pada masyarakat sebagai mediator dan bagian dari Konsep Orientasi Pelanggan dalam meningkatkan Layanan pada Nasabah, seperti dengan penerapan ATM on-line, Electronic Banking dan Mobile Banking, fasilitas ini sangat berhubungan dengan pengelolaan Sumber Dana Bank dari Penyediaan Rekening Tabungan dan Giro. Implikasi dari penerapan on-line di bidang ini menyebabkan pula pada pengembangan Sistem Akuntansinya secara intern yang berbasis pada Komputer dan pergeseran pada Tehnik dan Metode pengendalian Internnya.

Pada Dasarnya pengembangan Sistem Pengendalian Intern yang umum diterapkan terbagi menjadi dua kelompok yaitu Sistem Pengendalian Aplikasi (Application Control) dan Sistem pengendalian Umum (General Control). Hal ini disebabkan terjadinya perubahan pola kerja berbasis manual dengan berbasis komputer dan lingkungannya dalam hal elemen-elemen Sistem Informasi Akuntansi yang yang dipengaruhi secara signifikan oleh Sistem Komputer, terutama perubahan pada berbagai proses yang dilakukan oleh sistem komputer dengan penggunaan Manajemen Basisdata atau Database Management System serta Infrastruktur Sistem komputer sebagai elemen baru dalam Pengolahan Data Berbasis Komputer mengakibatkan perubahan Tehnik dan Metode Pengendalian Intern yang melibatkan Sistem Komputer sebagai bagian dari Sistem Pengendalian Informasi Akuntansi secara keseluruhan.

Permasalahan

Pengembangan Sistem Pengendalian Intern diperlukan dalam Rangka Mengatasi Beberapa Permasalahan sbb :

1. Permasalahan pada awal penerapan aplikasi Komputer di Perbankan yaitu periode 1980an berdasarkan pada penelitian Awal Penulis pada tahun 1989, terjadinya berbagai kerugian dalam pengelolaan Giro Bank yaitu, Well Fargo Bank USD 21.000.000, Security Pacifik National Bank USD 10.000.000 (Suara Pembaruan, 6 Juli 1987), sedangkan kejahatan saat itu yang terjadi di Indonesia selama 1982-1988 adalah 106 Kasus dengan Nilai 45,7 Milliar Rupiah (Majalah Tempo, 31 Desember 1988)

2. Dikemukakan Roy Suryo, kejahatan Komputer On-line melalui Internet Indonesia Menduduki Peringkat kedua setelah Ukraina (Pikiran Rakyat, 23 Mei 2007).

3. 80% perusahaan di Amerika terkena Kejahatan Komputer, dengan kerugian biaya sebesar USD 10 Milyar per tahun (Marshall B. Romney, 2004:338-Jilid1).

Dari permasalahan tersebut diatas menunjukkan peningkatan kasus kejahatan perbankan yang semakin tinggi, kejahatan komputerisasi on-line yang semakin rawan khususnya oleh pelaku orang Indonesia dan besarnya nilai kerugian yang besar dibalik pemanfaatan komputerisasi secara optimal yang semakin meluas ruang lingkupnya oleh dunia usaha, khususnya sektor perbankan sehingga memerlukan Sistem Pengendalian Intern yang baik untuk dapat menjadi Value Chain dalam bisnis perbankan.

Pembahasan

Perbankan dan Komputerisasi

Bisnis perbankan yang membutuhkan tingkat kepercayaan tinggi dari para nasabahnya membutuhkan infra struktur yang baik dalam memberikan kemudahan serta fasilitas layanannya. Customer Relationship Management (CRM) merupakan salah satu strategi marketing perbankan dalam meningkatkan loyalitas pelanggan yang memberikan salah satu cara mendekatkan diri pelaku bisnis dengan pelanggan secara geografis melalui penerapan teknologi akan menghasilkan Nilai Tambah secara Emosional (Kaj Storbacka, 2001:Figure4.3:86), Nilai tambah tersebut berupa kemudahan bagi Nasabah dalam hal melakukan aksesibilitas terhadap sumber keuangannya dalam rangka berbagai aktivitasnya. Aplikasi Teknologi perbankan yang pertama diterapkan adalah dengan Automatic Teller Machine (ATM) dengan sistem pengolahan data On-line Realtime sangat berhasil dan memasyarakat, kemudian disusul dengan dikembangkannya Electronic Banking melalui Internet dan terakhir dengan Mobile Banking, termasuk didalamnya adalah penggunaan Electronic Transfer Fund (EFT) antar Bank serta Aplikasi Real Time Gross Settlement (RTGS) dan Kliring otomatis dengan Bank Indonesia melalui Dokumen Kliring Elektronik. Aplikasi Transfer otomatis dengan RTGS, melibatkan sebuah korporasi Bank Internasional yaitu Basel II dan penggunaan Fasilitas Software dari SilverLake yaitu sebuah Core Banking System yang memenuhi standar internasional. Keseluruhan aplikasi tersebut sangat membutuhkan Perangkat Pengendalian Intern Sistem Komputer yang baik, mengingat perilaku data yang bersifat On-Line Realtime dengan tingkat keakuratan dan kecepatan proses yang tinggi sekaligus mempunyai Inherent Risk sebagai titik rawan yang dapat dimanfaatkan bagi pelaku kejahatan komputer (Computer Abuse).

Pengendalian Intern Sistem Komputer Perbankan

Pada dasarnya Alat dari sistem pengendalian intern yang umum dilakukan adalah dibagi dua yaitu pengendalian Umum (General Control) dan Pengendalian Aplikasi (Application Control) (Chambers,1988:29, Joseph W. Wilkinson, 1988:491, George H. Bodnar, 2002:Jilid1:186) yang mengacu pada tiga komponen atau elemen sebagai struktur pengendalian intern berupa Lingkungan pengendalian, Sistem Akuntansi dan Prosedur-prosedur Pengendalian. (George H. Bodnar, 2002:Jilid1:186, Marshall B. Romney, 2005:jilid 1:232)

Pengendalian Lingkungan Perbankan

Merupakan struktur dasar organisasi bisnis dalam melakukan pengendalian intern dan merupakan kebijakan yang bersifat strategis berupa Filosofi dan Operasional Manajemen, Struktur Organisasi, Fungsi Dewan Komisaris beserta anggotanya, Metode Otorisasi dan Tanggung jawab, Metode Pengendalian Manajemen, Fungsi Audit Intern, Kebijakan dan Praktik Kepegawaian serta Pengaruh Eksternal yang berkaitan dengan perusahaan (George H. Bodnar, 2002:Jilid1:176)

Beberapa Perbankan dengan menerapkan konsep Customer Relationship Management (CRM) secara ekpansif melakukan pembagian organisasional menyeluruh dengan Memperbanyak, menyebar dan membagi organisasinya menjadi cabang-cabang kecil dengan struktur Pembagian pada kewilayahan (Regional), Cabang utama, Cabang Pembantu dan kantor Kas memberikan kontribusi berupa Value Chain bagi nasabahnya dalam hal kemudahan menjangkau secara geografis, ditambah dengan penyebaran mesin ATM yang meluas memberikan peranan yang sangat besar dari Komputer, sehingga fasilitas dan infra struktur jaringan komputer (Computer Networking) menjadi sangat berarti dalam melakukan pengolahan data secara on-line realtime, dalam hal ini prinsip pengendalian intern berupa Keandalan Data dan Keandalan Atas Sistem Komputer merupakan bagian penting bagi perbankan. Perubahan terjadi pula pada pola Otorisasi dan tanggung Jawab, dengan memberlakukan sistem Otorisasi Otomatis dan terkomputerisasi secara On-line diantara cabangnya hingga kantor pusat dengan berbagai tingkat tanggung jawab atas nilai otorisasi transaksinya. Implikasi Positif dari perubahan ini adalah berupa perampingan organisasi dalam penggunaan pegawai yang pada mulanya membutuhkan sistem otorisasi bertingkat secara manual dengan keberadaan pelaku otorisasi menjadi bergeser dengan berpindahnya pelaku otorisasi secara online dengan menggunakan otomatisasi otorisasi terhadap transaksi-transaksi yang dilakukan dengan penerapan secara berlapis dan bertingkat. Dampak positif lain adalah efektivitas pegawai cabang dapat lebih optimal dengan terjadinya perubahan fokus dari tanggung jawab otorisasi online secara berlapis dan bertingkat, sehingga perhatian dan fokus karyawan cabang adalah pada pengumpulan dan pengeluaran dana serta pemeliharaan loyalitas nasabahnya. Standar kerja dengan Otomatisasi Komputer yang berlaku pada seluruh banknya memberikan peluang kemampuan karyawan untuk secara mudah berotasi dari cabang yang satu ke cabang lain.

Dari penelitian awal pada Bank Pemerintah di Bandung, dan dari wawancara dengan beberapa Pelaku perbankan, Organisasi Khusus Sistem Komputer telah dibangun dengan membagi menjadi System analist, System Programmer, Operator, Librarian, Clerical Data Control (George H. Bodnar, 2005:187). Sebagian lainnya membagi pula menjadi lebih khusus dalam bidang Sistem Jaringannya berupa Data Networking, System Networking & Physical Networking termasuk didalamnya System Security.

Sistem Akuntansi dan Prosedur Pengendalian Perbankan

Sistem Akuntansi (Romney Menyebutnya dg Aktivitas-aktivitas Pengendalian, 2005:236) merupakan Metode dan catatan-catatan yang dibuat untuk identifikasi, mengumpulkan, menganalisa, mencatat dan melaporkan transaksi-transaksi organisasi dan menyelenggarakan pertanggungjawaban atas aktiva dan kewajiban yang berkaitan (George H. Bodnar, 2002:Jilid1:181) meliputi Otorisasi dan kegiatan yang Memadai, Pemisahan Tugas, Desain dan Penggunaan Dokumen serta Catatan yang Memadai, Penjagaan Asset dan Pencatatannya yang Memadai, Pemeriksaan Independen Atas Kinerja. (Marshall B. Romney, 2005:236)

Kebijakan perbankan saat ini terhadap rekening Tabungan dan Giro yang melakukan transaksi pengambilan dana dengan nilai tertentu secara langsung ke teller diberikan biaya, merupakan langkah kebijakan yang bersifat efisiensi kertas kerja atas catatan-catatan transaksi yang dirubah dari manual ke otomatisasi di ATM dan efisiensi pola kerja pegawai di tingkat cabang, sekaligus perubahan pola otorisasi standar nilai transaksi yang diberikan pada petugas bank, khususnya teller dan Customer Service yang melakukan data entry atas transaksi yang terjadi secara On-Line yang dalam prosesnya Otorisasi terhadap nilai yang lebih tinggi dari otoritasnya akan dilakukan secara On-line pada saat transaksi dilakukan memberikan efisiensi waktu dan tenaga pelaku, serta ketepatan atas proses pengolahan data masing-masing nasabah. Segregation of duties dari rangkaian transaksi terlihat dari awal proses pembukaan rekening dan permasalahan khusus yang diberikan kewenangannya pada Customer Service yang melakukan Input Data setelah verifikasi data manual nasabah dan terkahir dengan otorisasi dari Kepala Cabang, sedangkan Teller hanya melakukan kewenangan berupa transaksi penerimaan dan pengeluaran atau transfer dengan kendali pertama adalah kewajiban melakukan Entry Data melalui proses verifikasi identitas nasabah dan data-data fisik dari jenis sumber dana seperti check dan giro bilyet, Proses Authentification dilakukan secara online untuk transaksi pengambilan dana dengan menggunakan alat otentifikasi menggunakan PIN (Personal Identification Number dan Password) dalam Magnetic Bar Code pada kartu nasabah. Inherent Risk yang ada dalam transaksi ini adalah seandainya pihak Teller tidak melaporkan kegiatan penerimaan dananya, namun diantisipasi oleh adanya kewajiban Entry dan Validasi Komputer sehingga akan tercetak berupa Printout dalam slip yang diberikan kembali pada nasabahnya serta Prosedur Service berupa standar kerja Teller berkewajiban menunjukkan tanda Validasi pada Nasabah yang selesai bertransaksi, Kendali lain adalah dari pemanfaatan sistem antrian secara on-line (Online Queing System) yang mengeluarkan nomor urut, akan dicek terhadap kegiatan transaksinya, demikian juga Bagian Akuntansi dan Internal Audit melakukan Proses Penelaahan terhadap perilaku-perilaku data yang tidak umum dan bantuan System Software dalam penyediaan Exceptional Log atas kriteria-kriteria data tertentu. Pemishan Fungsi Data Capture dilakukan oleh Customer Service, dan fungsi Data Query dan Data Update dilakukan oleh teller dengan melalui tahapan otentifikasi PIN dan Password, validasi dan otorisasi, Rekonsiliasi Data oleh Akuntansi dan Verifikasi perilaku Data Oleh Internal Audit.

Transaksi otomatis dengan Realtime yang digunakan adalah transaksi melalui ATM, Transfer dan RTGS, dalam hal ini yang mempunyai nilai transaksi besar adalah RTGS,. Jenis transaksi ini dapat dilakukan melalui Counter Teller, ATM dan Electronic Banking serta Mobile Banking. Proses Pengendalian sejak awal diterapakan untuk ATM dengan pemberian kode akses berupa PIN (personal Identification Number), Password, sedangkan untuk Transaksi Electronic Banking dan Mobile Banking, diawali dengan penggunaan Register melalui Kartu ATM (PIN dan Password), untuk mendapatkan Access ID, Registering Access ID kemudian untuk melakukan transaksi harus menggunakan Token PIN (Pengacak PIN & Password), pembatasan transaksi diberikan secara harian untuk transaksi melalui fasilitas ini. Kunci transaksi ini adalah pada lapisan-lapisan Authentification selanjutnya yang berperan adalah proses otomatisasi transaksi ke seluruh dunia dengan batasan jumlah saldo transaksi, pada tahap ini Sistem komputer yang bekerja dengan menggunakan Security Networking ke seluruh jaringan perbankan Dunia melalui Monitoring Data dari Bank Indonesia serta fasilitas Sysstem Software berupa Identification Control dan Batch Log (Daftar atau register per periode tertentu) disertai verifikasi rutin dari Bagian Internal Control akan memungkinkan proses pengecekan korektif dalam waktu yang singkat. Proses Networking dengan sistem ini dilakukan dengan menggunakan kerjasama internasional perbankan dengan Basel II, dan dukungan Software Network dari SilverLake. Bagian Akuntansi dan Internal Audit melakukan peranan monitoring dan verifikasi terhadap perilaku data yang abnormal terhadap perubahan saldo-saldo transaksi. Umumnya saat ini di Indonesia masih menggunakan tehnik otentifikasi (Authentification System) dari otomatisasi adalah menggunakan Metode Something You Have (Key/Card), Something You Know (PIN, Password, Clue) dan belum menggunakan Metode Something You Are (Biometric-Finger, Irish, Face, Body Part). (Liu & Silverman, 2004).

Transaksi yang berkaitan dengan bank lain serperti transfer dan kliring, dapat dilakukan secara on-line pula paling tidak untuk transaksi Kliring menggunakan On-line Batching yaitu dalam batas kelompok waktu tertentu untuk bertransaksi secara on-line dengan Bank Indonesia melalui Dokumen Kliring Elektronik yaitu Kliring otomatis, walaupun saat ini masih belum total Paperless, namun masih menggunakan warkat-warkat kliring yang dikirmkan secara Batch di waktu tertentu. Penggunaan Kliring otomatis dari Bank Indonesia ini telah mampu memotong waktu proses kliring secara manual. Proses dilakukan oleh Bagian Kliring dengan melakukan Data Entry menggunakan alat Encode Entry melakukan entry terhadap warkat-warkat kliring di cabangnya masing-masing yang tersambung online dengan Bank Indonesia sehingga proses pencairan dananyapun bisa dilakukan dengan cepat.proses terhadap warkat secara fisik, tetap dilakukan dengan pengiriman ke Bank Indonesia dengan efisiensi waktu dan pola kerja yang jauh lebih efisien.

Bentuk pengendalian lain yang dilakukan adalah dengan berbagai kebijakan kepegawain mengenai fungsi Rotasi pegawai atau Rolling secara berkala dan Pengambilan cuti wajib, memungkinkan deteksi atas praktik-praktik yang tidak sehat, yaitu pada saat yang bersangkutan mendapatkan Rolling atau cuti, memungkinkan pegawai lain sebagai pengganti menemukan kebiasaan-kebiasaan yang mungkin tidak baik. Rekonsiliasi yang dilakukan setiap hari oleh bagian Akuntansi, juga merupakan alat deteksi atas perilaku data yang abnormal, untuk menemukan indikasi-indikasi negatif dan evaluasi dari bagian internal audit secara rutin ataupun acak dan meberikan fungsi sebagai akuntan forensik dengan melakukan investigasi-investigasi khusus terhadap temuan atas perilaku data yang abnormal dengan segera, merupakan bagian pengendalian intern dari pihak perbankan.

Pengendalian Intern Sistem Komputerisasi

Tehnik Pengendalian Intern yang dikembangkan oleh COSO (Committee of Sponsoring Organisations) memberikan acuan dasar berupa Pencapaian Tujuan Pengendalian dengan pertimbangan pada (1) Efektivitas dan Efisiensi Operasional Organisasi, (2) Keandalan Pelaporan Keuangan, (3) Kesesuaian dengan Hukum dan Peraturan yang Berlaku. (Marshall, 2004, Jilid I:230) sedangkan COBIT (Control Objectives for Information and Related Technology) Memberikan acuan yang memungkinkan (1) Manajemen Melakukan perbandingan atas praktik Keamanan dan Pengendalian dalam Lingkungan Teknologi Informasi, (2) Pemakai Layanan Teknologi Informasi merasa pasti akan adanya pengendalian dan keamanan yang memadai, (3) Auditor Dapat memberikan pendapat mereka atas pengendalian Internal dan memberikan saran atas masalah dan keamanan Teknologi Informasi. (George H. Bodnar, 2004, Jilid I:232).

Penerapan kerangka Pengendalian Intern yang diterapkan oleh COBIT, memberikan keuntungan berupa (1) Tujuan Bisnis Tercapai, yaitu Efektivitas (Relevan, Berkaitan, dan Tepat Waktu), Efisiensi, Kerahasiaan, Integritas, Ketersediaan, Kesesuaian dengan persyaratan Hukum, dan Keandalan, (2) Sumber Daya Teknologi Informasi yang didalamnya adalah orang Sistem Aplikasi, Teknologi, Fasilitas dan Data. (3) Proses Teknologi Informasi yang dipecah kedalam 4 bidang yaitu Perencanaan & Organisasi, Proses Perolehan (Acquisition), dan Implementasi, Pengiriman dan Pendukung, serta Pengawasan. (George H. Bodnar, 2004, Jilid I:232)

Dilihat dari Aplikasi yang diterapkan perbankan, Pengendalian intern adalah meliputi ruang lingkup yang luas, yang melibatkan banyak pihak ketiga terutama dalam bertransaksi melalui fasilitas ATM dan electronic Bankingnya melalui penggunaan EFT – Electronic Fund Transfer, dan fasilitas EDI (Electronic Data Interface) hal ini melibatkan System Network yang Universal yang melibatkan pula berbagai pihak ketiga dalam prakteknya sebagai dukungan dalam jaringan sistem informasinya. Namun demikian Standarisasi COBIT memberikan jaminan kepastian keamanan yang baik sehubungan dengan keterlibatan pihak ketiga (George H. Bodnar, 2004, Jilid I:232).

Beberapa Kerjasama yang dilakukan perbankan dengan pihak ketiga, diantaranya dengan Basel II sebagai korporasi Perbankan Internasional dengan standarisasi Otomatisasi Komputer On-line, Silverlake sebagai Core Banking Systems Internasional yang menyediakan fasilitas-fasilitas online dengan system securitynya, serta beberzapa pihak lain. Sebagai bagian dari layanan langsung pada nasabahnya secara Online pihak perbankan juga bekerja sama dengan pihak ketiga terutama dalam hal Authentification System pada penggunaan PIN, Password, User ID dengan pola Certificate Authority (CA), dengan menggunakan teknologi Cryptograph sebuah pola enkripsi dan dekripsi dari mulai Personal Identification Number, Password, Data Access Code, termasuk Items Data yang dienkripsikan. Kerjasama ini antara lain dengan pihak SSL (Secure Socket Layer), SET (Secure Electronic Transactions) yang dikembangkan oleh Visa dan MasterCard, dll, dalam hal Enkripsi data yang diterima atau dikirim pihak bank.

Pada Akhir Maret 2008, muncul pernyataan baru mengenai kebijaksanaan Bank Indonesia dalam mengantisipasi pemalsuan kartu kredit dengan sistem Magnetic Bar Code yang teknologinya telah berusia kurang lebih 35 tahun, dirubah teknologinya menjadi teknologi Microchip yang kurang lebih seperti yang digunakan oleh Kartu Telepon Selular, pembaharuan teknologi ini dimaksudkan untuk dalam rangka optimalisasi tehnik pengendalian dalam Authentification dari User dan tentunya akan menyebabkan perubahan tehnik dan metode Internal Perbankan dalam Proses Pengendalian Internnya sehingga Peluang Pemanfaatan oleh yang bukan haknya dapat senantiasa dihindarkan.

Gambaran umum pemakaian dengan tehnik Certificate Authority (CA) dan Model Authentification, adalah seperti dalam gambar di bawah ini :

Sumber : Seminar Getar Digital-Gelar Strategi Bisnis di Era Digital, Onno Purbo, Ph.D., 29 Mei 2001.

2_bg1

Sumber : Information Technology for Management, Transferring Business in Digital Economy, Turban, Mc Lean, Wetherbe, 3rd Edition, Willey international, 2002.

2_bg2

Bagian Internal Audit telah menerapkan konsep Risk Based Audit dalam melakukan Audit internal sistem informasi perbankan, dan beberapa Bank telah melakukan Audit oleh kantor Akuntan Publik untuk Sistem Informasinya.Proses Pengembangan Desain dan Implementasi Sistem Informasinya menggunakan SDLC (System Development Life Cycle).

Penutup

Penggunaan teknologi informasi, yang telah menjadi sebagian gaya hidup masyarakat menjadikan perbankan mampu lebih dekat dengan pihak nasabah dan mampu memberikan layanan berupa kemudahan dan kecepatan akses terhadap transaksi dengan disertai kecepatan proses yang baik dan penerapan Sistem Pengendalian Intern yang baik oleh perbankan mampu memberikan efektivitas terhadap pencapaian tujuan perbankan dalam maningkatkan layanan pada nasabah, memberikan keandalan dan keakuratan proses terhadap data yang sangat tinggi, sehingga memberikan implikasi terhadap kepercayaan dari nasabahnya sehingga tujuan Customer Loyality dapat tercapai. Inherent Risk pada transaksi Online dapat ditekan sedemikian rupa melalui penerapan pengendalian intern yang baik terutama penerapan standarisasi dari COBIT, serta sosialisasi penggunaannya pada nasabah, karyawan dan Manajemen Perbankan. Penelitian lebih lanjut secara formal dan mendalam diperlukan dalam pengembangan karya tulis ini.

Daftar Pustaka

Ferry Kosadi, “Peranan Pengendalian Intern Pengolahan Data Elektronik dalam Menunjang Efektivitas Pengelolaan Giro Bank”, 1989.

George H. Bodnar, William S. Hoopwod, “Sistem Informasi Akuntansi”, Di Indonesiakan Oleh Amir Abadi Jusuf, Rudi M. Tambunan, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 2000.

Kaj Storbacka & Jarmo R. Lehtinen, “Customer Relationship Management, Creating Competitive Advantage through win-win Relationship Strategies”, Mc Graw Hill Education, Singapore, 2001.

Marshall B. Romney & Paul John Steinbart, “Accounting Information Systems, Jilid I-II”, 9th Edition, , Diterjemahkan oleh Dewi Fitriasari, S.S, M.Si. dan Deny Amos Kwary, S.S., Pearson EducationPrentice-Hall, Salemba Empat Jakarta, 2004.

Onno W. Purbo, Ph.D, Seminar Getar Digital, gelar Strategi Bisnis di Era Digital, 29 Mei 2001.

Simmon Liu & Mark Silverman, “A Practical Guide to Biometric Security Technology, Computer Society”, http://www.computer.org, 2001.

Pikiran Rakyat, 23 Mei 2007-“ Rubrik Apa dan Siapa”

Turban, Mc Lean & Wetherbe, “Information Technology for Management, Making Connection for Strategic Advantage”, 2nd Edition, John Willey & Sons, Inc., USA, 2001.

Wawancara Informal dengan Pelaku Kompeten, di bank Swasta dan Pemerintah, 2008

January 18, 2009 Posted by | Sistem Informasi Akuntansi | Leave a comment

Sistem Informasi Akuntansi Berbasis Teknologi

Sistem Informasi Akuntansi Berbasis Teknologi

Pendukung Utama Bisnis Masa Depan

Ferry Kosadi

ABSTRAKSI

Globalisasi dalam sektor bisnis membuka peluang pelaku bisnis untuk memperluas pangsa pasarnya dan jaringan perusahaanya, demikian pula pada konsep manajerial menjadikan pelanggan sebagai prioritas utama dalam memenangkan persaingan global membuat pola-pola manajerial baru yang berkembang pada sistem keterbukaan perusahaan dengan lingkungannya sehingga membutuhkan dukungan dalam sistem informasi dengan teknologinya yang mengarah pada sistem On-Line Real Time yang menciptakan komunikasi data secara cepat dan meluas. Optimalisasi Sistem Informasi berbasis Komputer dikembangkan dengan memberikan peluang sekaligus implikasi negatif berupa penyalahgunaan data bisnis. Pergeseran Metode dan Tehnik Pengendalian pada Sistem Informasi berbasis komputer merupakan hal yang mutlak pada penerapan sistem informasi dengan Open System tersebut. Pengembangan tehnik-tehnik pengendalian baru diperlukan sejalan dengan perubahan yang cepat dalam teknologi informasi.

Kasta Kunci

Open Systems, Value Chain, Networking, On-Line, Resource-Event-Agent

PENDAHULUAN

Sebuah perkiraan yang dikemukakan oleh pakar telematika K.R.M.T. Roy Suryo Notodiprojo bahwa ke depan segalanya akan serba “e”, yakni e-commerce, e-scholl, e-business, e-government, e-public relation, e-dan (Penyalahgunaan dan kejahatan internet). Ini justru yang berkembang luar biasa. (Pikiran Rakyat, 23 Mei 2007- Rubrik Apa dan Siapa) mengarahkan pola pandang kecenderungan berbagai pola aktivitas di masa yang akan datang akan beralih pada basis teknologi. Konsep bisnis saat ini yang cenderung dengan orientasi pada pelanggan dengan berbagai pendekatan, termasuk penggunaan konsep Customer Relationship Management (CRM) dalam pengelolaan informasi pelanggan (Customer Information Management) yang dikemukakan oleh Kaj Storbacka “Ideally, the system should be constructed to allow ‘Automatic’ access to the required information as well as automatically store customer data”.(2001:128). Demikian pula Bernd H. Schmitt menyatakan “Three Marketing Trends at the turn of the new millenium (1) The Omnipresence of Information Technology,(2)The Supremacy of Brand (3)The Ubiquity of Communications and Entertainment”. (1999:3-10). Kenyataan lain dalam dunia perbankan yang mayoritas telah menerapkan aplikasi Automatic Teller Machine-ATM sebagai media pendekatan pada nasabahnya serta mulai meluasnya penerapan sistem validasi on-line dan Electronic Fund Transfer-EFT perbankan. Belakangan terjadi pula pergeseran dari Electronic-“e-“ menjadi Mobile-“m-“. Gambaran di atas menunjukkan perubahan kecenderungan pola perilaku hidup masyarakat sebagai konsumen dalam bisnis yang sangat dipengaruhi oleh penggunaan alat-alat berteknologi terutama teknologi komunikasi sebagai media pertukaran informasi dengan kapasitas pertukaran data yang semakin besar volumenya. Hal ini akan memicu pelaku manajemen dalam dunia bisnis untuk mengembangkan elemen dan Infrastruktur sistem informasi yang berlaku dalam pengembangan pola manajerialnya dengan cara yang lebih cepat, akurat, berelasi, jangkauan luas dan terpadu sebagai pendukung utama dalam pengambilan keputusan manajerialnya serta dalam pengembangan hubungan dengan pelanggannya. Ketidaksiapan Manajemen dalam pengembangan sistem informasi ini akan dapat memberikan akibat terjadinya keterlambatan proses pengolahan data untuk pengambilan keputusan dan proses evaluasi terhadap pelanggan serta keterlambatan respons pada pelanggan sehingga akan mengurangi value chain dalam bisnisnya.

Dalam kecenderungan bisnis yang bersifat Open System dengan memanfaatkan berbagai kemajuan di bidang teknologi komunikasi dan informasi, terdapat sebuah paradoks yang terjadi di Indonesia yaitu dikemukakan oleh Roy Suryo “Ketertinggalan penggunaan internet di Indonesia dibandingkan dengan negara lain yang menduduki urutan terakhir, namun terjadi hal mencolok yaitu kejahatan atau penyalahgunaan internet Indonesia menduduki urutan kedua di dunia setelah Ukraina” (Pikiran Rakyat, 23 Mei 2007- Rubrik Apa dan Siapa). Penyalahgunaan yang terjadi dalam dunia bisnis yang dikomputerisasi adalah sangat besar seperti dikemukakan Romney “Organisasi-organisasi yang melacak Penipuan komputer memperkirakan bahwa 80% usaha di Amerika Serikat telah menjadi korban paling tidak satu insiden penipuan komputer, dengan biaya mencapai USD 10 Milliar per tahun” (2004:338-Jilid1).

Gambaran tersebut menunjukkan kecenderungan dunia bisnis pada saat sekarang dan yang akan datang mengarah pada pemanfaatan teknologi informasi sebagai salah satu alat dalam mendekatkan dan membangun hubungan relasional pada pelanggannya sebagai penerapan pendekatan pada Manajemen Marketing Modern dan juga pemanfaatan teknologi komunikasi ini merupakan sebagai alat terjadinya berbagai transaksi seperti penjualan dan pembayarannya. Namun terdapat implikasi yang signifikan terhadap kemajuan atas penerapan teknologi komunikasi dalam dunia bisnis dengan resiko atas terjadinya penyalahgunaan karena sifat dari teknologi komunikasi yang terbuka (Open System).

Pemanfaatan Teknologi dalam Bisnis

Penggunaan teknologi yang meluas digunakan dalam dunia bisnis adalah pada teknologi komunikasi & Informasi yang didalamnya didukung dengan alat utama yaitu komputer, sejalan dengan perkembangan teknologi dalam bidang tersebut yang sangat cepat. Penggunaan awal sebagai media dalam pengolahan data administratif intern secara lokal dalam perusahaan dengan memanfaatkan konfigurasi jaringan (Networking) berupa Local Area Network (LAN) dengan komunikasi data intern berupa Intranet yang kemudian berkembang menjadi alat komunikasi data lintas wilayah dengan menggunakan konfigurasi jaringan luas berupa Wide Area Network (WAN), Value Added Network (VAN) dan semakin berkembang menjadi Megapolitan Network yang jaringannya meluas pada wilayah seluruh dunia sehingga komunikasi data berkembang pada Internet (Komunikasi Jaringan Penggunaan Bebas) dan ekstranet (Komunikasi Jaringan Penggunaan Terbatas). Terjadi pula pergeseran teknologi dalam konfigurasi jaringan ini dari penggunaan kabel biasa dan kabel serat optik hingga penggunaan nirkabel Wirelless Fidelity-Wifi). Perluasan kemampuan komputer dengan konfigurasi networking mengembangkan pola bisnis yang turut berkembang yang pada awalnya dengan memanfaatkan internet sebagai media marketing berupa promosi produk dan perluasan pengenalan profil perusahaan, berkembang menjadi media komunikasi berupa pembentukan komunitas sesama pemakai produk dan produsennya dengan mediator e-mail dalam internet sehingga perusahaan dapat dengan mudah mendekatkan diri dengan pelangganny, perkembangan berlanjut menjadi proses transaksi jual beli produk (e-trade) serta transaksi pertukaran financial dalam dunia perbankan (e-payment dan e-banking) dan kemudian dikembangkan lebih luas lagi menjadi berbagai pola komersialisasi bisnis (e-commerce dan e-business) perkembangan masih berlanjut dengan pergeseran elektronik secara dekstop menjadi portable atau mobile sehingga tercipta berbagai media transaksi on-line dengan penggunaan mobile-phone.

Bern H. Schmitt menegaskan “Why ios the rapid technological development important? Because through these product you will be able to send and receive information in any medium (text, voice, picture, and other media) to practically anybody (real or virtual). This will allow people and companies to connect and to share an experiential universe with another at any time”. (1999:6). Pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi dalam bisnis cenderung cepat mengingat pada kemampuannya dalam komunikasi data dalam berbagai media sehingga memudahkan pemakainya. Dalam mengembangkan konsep Customer Relationship Management, Kaj Storbacka mengemukakan bahwa membina jaringan dengan pelanggan adalah merupakan salah satu ukuran penting dalam nilai hubungan (Relationship Value).”As business becomes more networked, reference value becomes an increasingly important measure of relationship value. This means that attention should be paid to the reference value of a customer as soon as relationship established”.(2001:36), ia juga mengemukakan mengenai penerapan relasional dengan pelanggan pada perusahaan internasional General Electrics, “GE’s call centre operation is divided in two departments. One department answers calls from customers. This entire activity is loccated in Louisville. Two hundred people answer four million calls a year there”.(2001:30) Adalah menunjukkan keberperanan komunikasi dan pertukaran informasi antara produsen dengan pelanggannya melalui penyediaan jaringan komunikasi yang meluas. Penerapan sistem dengan basis komputer yang terintegrasi secara on-line melalui sarana internet adalah salah satu penunjang dalam hal tersebut sebagai media yang disediakan dengan biaya relatif murah dibandingkan dengan menggunakan komunikasi on-line dengan telepon. Customer Oriented merupakan konsep marketing saat ini yang dianggap mampu menghadapi persaingan dalam dunia bisnis dengan memberikan berbagai fasilitas pada pelanggannya melalui pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi sebagai mediator memberikan solusi yang cukup efektif namun juga sekaligus memberikan implikasi yang cukup beresiko tinggi bagi pelaku bisnis mengingat Open System membutuhkan infrastruktur yang sangat baik bagi kepentingan internal perusahaan, terutama dalam hal pengendalian datanya.

Peranan Sistem Informasi Akuntansi (SIA) dan Value Chain dalam Bisnis

Romney mengemukakan konsep rantai nilai – value Chain antara Sistem Informasi Akuntansi (SIA) perusahaan yang memberikan peranan langsung pada pelanggannya yaitu :

1. Inbound Logistics terdiri dari penerimaan, penyimpanan, dan distribusi bahan-bahan masukan yang digunakan oleh organisasi untuk menghasilkan produk dan jasa yang dijualnya.

2. Operasi (Operations) adalah aktivitas-aktivitas yang mengubah masukan menjadi jasa dan produk yang sudah jadi, sebagai contoh, aktivitas perakitan di dalam sebuah perusahaan otomotif mengubah bahan mentah menjadi mobil yang lengkap.

3. Outbond Logistics adalah aktivitas-aktivitas yang melibatkan distribusi produk yang sudah jadi ke para pelanggan. Sebagai contoh, mengirimkan mobil yang sudah jadi melalui jasa pelayaran ke para dealer mobil, adalah aktivitas outbond logistics.

4. Pemasaran dan Penjualan, mengarah pada aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan membantu para pelanggan untuk membeli jasa atau produk yang dihasilkan organisasi. Pemasangan iklan adalah sebuah contoh kegiatan pemasaran dan penjualan.

5. Pelayanan (Service), memberikan dukungan pelayanan purna jual kepada para pelanggan. Misalnya pelayanan perbaikan dan perawatan.

Kelima aktivitas tersebut didukung oleh lima aktivitas lain yaitu :

1. Infrastructur Perusahaan, mengarah pada kegiatan akuntansi, keuangan, hukum, dan administrasi umum yang penting bagi sebuah organisasi. SIA adalah bagian dari infrastruktur perusahaan.

2. Sumber Daya Manusia, melibatkan aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan perekrutan, pengontrakan, pelatihan, pemberian kompensasi dan keuntungan bagi pegawai.

3. Teknologi merupakan aktivitas yang meningkatkan produk dan jasa, contohnya penelitian dan pengembangan, investasi dalam teknologi informasi yang baru, pengembangan website, dan desain produk.

4. Pembelian (Purchasing), termasuk seluruh aktivitas yang mengakibatkan perolehan bahan mentah, suplai, mesin dan bangunan yang digunakan untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas utama.(2004:7-Jilid1).

Sistem Informasi Akuntansi dalam proses value chain bisnis adalah menunjukkan keberperanannya dalam hal penyediaan informasi yang akurat dan tepat waktu, sehingga kelima rantai nilai tersebut, secara terpadu akan memberikan peningkatan Value Added perusahaan bagi User termasuk bagi Pelanggan. Romney menyatakan bahwa SIA melakukan peranannya adalah dengan cara Perbaikan atas Kualitas dan Pengurangan biaya untuk menghasilkan produk atau jasa, Memperbaiki Efisiensi, Memperbaiki sistem pengambilan keputusan, dan Berbagi Pengetahuan. (2004:10)

Sumber : Modifikasi dari Bagan Marshall B. Romney-Paul John Steinbart hal 8 jilid 1

bg1

Proses menghasilkan sebuah produk yang berkualitas adalah prasyarat dalam menghadapi bisnis yang kompetitif, Edward J. Blocher mengemukakan “Supaya dapat tetap kompetitif dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat, perusahaan diseluruh dunia mengadopsi teknologi informasi dan pemanufakturan yang baru seperti Just in Time Inventory (JIT)…, Statistical Quality Control…”(2000:10,Jilid1), sehingga dukungan aliran informasi yang tepat dan akurat pada setiap proses produksi dalam upaya menghasilkan produk yang berkualitas adalah sangat mutlak, demikian pula tuntutan atas informasi mengenai pola Customer Expectation terhadap fungsionalitas dan kualitas produk sebagai informasi pendukung proses produksi yang menyebabkan produk menjadi lebih pendek usianya (Short Product Life Cycle), menuntut kecepatan arus informasi bagi perencana produk Kebutuhan informasi yang cepat dan akurat atas kebutuhan konsumen melalui Marketing Research bagi inovasi dan diversifikasi produk menjadi dominan meningat salah satu Critical Success Factor bagi perusahaan adalah Customer Oriented. Demikian pula dalam proses produksi itu sendiri aliran informasi yang akurat dibutuhkan sejak perencanaan produk hingga penyelesaian dan penyampaiannya pada pelanggan, The Deloitte & Touche Review pada November tahun 1996, menyatakan “Lebih dari 80% dari para eksekutif memandang teknologi informasi sebagai investasi stratejik. Perusahaan yang tanggap melaporkan bahwa mereka menggunakan teknologi informasi untuk menelusuri peristiwa-peristiwa keuangan dan operasional dalam perusahaan (74%), untuk meningkatkan kualitas jasa (41%) untuk meningkatkan laba (30%) dan untuk meningkatkan Produk (24%)” (Blocher, 2000:9, Jilid 1). Terjadi pergeseran pada proses pemanufakturan dari Volume tinggi, produksi jangka panjang, jumlah persediaan signifikan untuk persediaan barang dalam proses dan persediaan barang jadi menjadi volume rendah, produksi jangka pendek, fokus pada penurunan tingkat persediaan dan aktifitas serta biaya lain yang bernilai rendah. Demikian pula teknologi pemanufakturan dari otomatisasi perakitan dan aplikasi teknologi tertutup menjadi sistem robotic, dengan menerapkan sistem yang fleksibel dan integrasi teknologi yang terhubung dengan networking, baik secara intern maupun ektern terutama dengan pihak supplier. Hasil Produksi menjadi lebih bervariasi dengan siklus hidup yang pendek (Short Product Life Cycle) serta ruang lingkup pemasaran menjadi global.

Peranan SIA yang terintegrasi disini adalah untuk proses internal dalam hal proses data-data biaya produksi, pendanaannya dan proses manajerialnya, secara ekternal adalah pada proses perencanaan produksi berupa informasi hasil Marketing Research terhadap ekspektasi pelanggan berlanjut pada perencanaan dan pengembangan produk, dan hubungan dengan supplier dalam rangka penyerapan aplikasi teknologi manufaktur dari supplier secara on-line pada produk yang akan diproses serta akhirnya pelayanan marketing atas hasil produknya termasuk fasilitas after sales servicenya.Fasilitas on-line bagi pelanggan sering diberikan sebagai indikator terhadap keberhasilan atas suatu produknya sekaligus media mendekatkan dengan pelanggan atas informasi kebutuhan pelanggan terhadap produk-produknya yang dapat diterima secara cepat oleh perusahaan. Penerapan teknologi Informasi dengan metode Just In Time terhadap persediaan merupakan alternatif dalam efisiensi biaya yang membutuhkan kecepatan dan ketepatan data dalam alur pengolahan informasi perusahaan sebagai pendukung dalam proses pengambilan keputusan.

Tiga posisi Strategi bisnis menurut Michael E. Porter berupa Variety Based, posisi strategis berdasarkan keanekaragaman yang melibatkan produksi atau penyediaan sebagian dari produk atau jasa dalam industri tertentu, Needs Based, posisi strategis berdasar kebutuhan melibatkan usaha untuk melayani hampir seluruh kebutuhan dari kelompok pelanggan tertentu, Access Based, posisi strategis berdasarkan akses melibatkan sebagian pelanggan yang berbeda dari pelanggan lainnya dalam hal faktor lokasi geografis dan ukuran.(Romney, 2004:15 jilid1). Kemampuan teknologi komunikasi dan informasi yang mampu merubah bentuk format data ke dalam berbagai media seperti teks, gambar dan suara mempunyai keunggulan dalam menerapkan ketiga strategi bisnis dasar tersebut melalui fasilitas networking berupa internet dan ekstranet. Dalam hal strategi low cost strategy digunakan internet dan ekstranet mendukung dengan baik hal ini terutama dalam hal biaya-biaya komunikasi data dan informasi yang dibutuhkan pelanggan atau biaya-biaya administratif intern dengan memangkas atau mempersingkat rantai dan alur komunikasi data yang panjang. Networking dengan internet dan ekstranet telah mengurangi halangan untuk masuknya produk berupa barrier to Entry dalam banyak industri, dengan cara menghilangkan atau mengurangi kebutuhan untuk berinvestasi dalam asset-asset tertentu, antara lain validasi dan ATM on-line dari sektor perbankan. Pengurangan atau pemangkasan rantai distribusi dalam Distribution Channel sehingga perusahaan dapat memasarkan atau menjual produknya pada konsumen akhir tanpa melalui pedagang perantara. Pada akhirnya penerapan networking ini akan mampu mengurangi biaya-biaya terutama biaya variabel suatu produk sehingga akan mengurangi harga pokoknya (Cost of Goods Sold) dan akan memberikan kemampuan bersaing pada harga (Bargaining Power) Sekaligus pula mengeluarkan produk dan perusahaan dari keterbatasan atas wilayah penjulan.

Sistem Informasi Akuntansi dan Transaksi Bisnis

Karakteristik informasi yang berupa Relevan, Andal, Lengkap, Tepat Waktu, Dapat Dipahami dan Dapat Diverifikasi, secara ideal dihasilkan oleh suatu pengembangan dan implementasi Sistem Informasi Akuntansi yang terpadu yang menggabungkan secara optimal komponen berupa sumber daya manusia, prosedur, data, software dan infrastruktur menjadi lima siklus transaksi yaitu Revenue Cycle, Siklus pendapatan yang mencakup kegiatan penjualan dan penerimaan kas, Expenditure Cycle, siklus pengeluaran yang mencakup kegiatan pembelian dan pembayaran/pengeluaran kas, Payroll & Human Resouces Cycles, meliputi proses pengembangan potensi sumber daya manusia, Production Cycle siklus proses produksi dan biaya produksi, Financial Cycle, siklus kegiatan akuntansi dan keuangan merupakan fondasi dasar perusahaan dalam pengembangan bisnisnya. Penerapan model Enterprise Resource Planning – ERP yang merupakan model sistem informasi akuntansi terpadu berbasis komputer yang dikembangkan oleh Gartner Group dan diaplikasikan oleh banyak perusahaan (James A. Hall, 2003:545) adalah salah satu model yang mendukung dalam pengembangan value Chain SIA pada bisnis. Kerangka hubungan antar siklus dari sistem informasi akuntansi terintegrasi dengan pola yang mengambil pada model ERP adalah dalam bagan berikut :

Sumber : Modifikasi Marshall B. Romney & Paul John Steinbart Hal 30 Jilid1

bg2

Pola hubungan bagan tersebut diatas adalah hubungan dengan menggunakan Diagram Resource Event and Agent (REA) dengan pola dualitas ekonomi yaitu terjadinya proses Take and Give dari dua pelaku (Agent) baik secara intern dalam perusahaan maupun dengan pihak ekstern. Pola hubungan dengan asumsi menggunakan konfigurasi networking on-line untuk komunikasi data berbagai pihak yang terlibat akan memberikan proses kecepatan yang optimal sehingga luas organisasi perusahaan dapat tertanggulangi melalui networking on-line demikian pula jangkauan wilayah geografis antar siklus ataupun antar departemen dalam organisasi dapat terpecahkan. Hubungan komunikasi data dengan pihak ekstern termasuk dengan pemasok dan pelanggan akan dengan cepat terjalin, pertukaran data dapat dilakukan dengan cepat dan dengan dukungan Software dan database serta pengendalian yang baik akan menghasilkan keakuratan data yang baik. Penggunaan digitalisasi dari Formulir dalam kegiatan transaksional dengan penggunaan sistem pengendalian berupa validasi input data dan User Account (Id) memberikan efisiensi waktu dan biaya dalam proses pengolahan data transaksi, lalu lintas data transaksi bergerak dengan cepat dan efisien membuat proses pengambilan keputusan yang cepat dan akurat. Proses manipulasi data dilakukan dengan cepat oleh dukungan Software yang mempunyai arsitektur effisien dan struktur pengendalian program yang baik serta dukungan pengendalian intern dari sistem informasi akuntansi lainnya, termasuk prosedur internal audit yang dilakukan optimal akan menghasilkan arus informasi yang mendukung berbagai kebijakan dan strategi perusahaan dalam memenangkan persaingan globalnya.

Keadaan bisnis yang Competitive mensyaratkan terjadinya proses komunikasi data yang cepat baik untuk proses pengolahan berupa manipulasi & perhitungan data, pelaporan dan analisa terhadap data, berdasarkan pada kriteria data berupa Relevan, Andal, Lengkap, Tepat Waktu, Dapat Dipahami dan Dapat Diverifikas proses komunikasi data yang cepat dan terintegrasi adalah dengan menggunakan konsep manajemen database terpadu (Integrated Database Management Systems). Arsitektur database yang dirancang dalam bisnis yang bersifat Open Systems memerlukan prosedur pengendalian yang kuat termasuk membaginya kedalam dua sistem database yaitu Closed Systems Database untuk data-data kritis kebutuhan internal perusahaan dan Open Systems Database yang dapat digunakan dalam proses hubungan ekternal dengan pelanggan dan pemasok.

Penggunaan model database dengan Database Management Systems (DBMS) yang berelasional (Relational Database Management Systems (RDBMS) sebagai pendukung penerapan ERP dalam bisnis yang Open Systems tergambar dalam bagan di bawah ini dengan menggunakan konsep Open Systems Database,

Sumber : Accounting Information Systems,James A. Hall, Halaman 549

bg3

Arsitektur database dalam Open Systems memberikan peluang bisnis yang lebih luas sekaligus konsekuensi negatif yang cukup signifikan berupa keterbukaan data perusahaan. Model ini adalah pengembangan dari model database tradisional yang bersifat tertutup (Closed Systems Database) yang relatif aman terhadap aktivitas datanya, kalaupun terjadi penyalahgunaan data kemungkinan penyebabnya adalah terjadi oleh sebab penanganan internal perusahaan sehingga penanganan datanya relatif lebih sempit. Sebagai implikasinya, implementasi terhadap pengendalian menjadi lebih dominan dan termasuk dalamprioritas utama dalam pengembangan model Open Systems ini. Pengendalian dalam model ini tidak saja diperlukan untuk keamanan data internal tetapi juga sebagai jaminan atas keamanan data pelanggan dan pemasok sehingga menjadikan mereka lebih nyaman dalam bertransaksi dengan perusahaan. Kebijakan manajemen Information Technology – IT menerapkan dengan memilah kelompok data dalam Closed Systems Database dan sebagian lagi dalam kelompok data dalam Open Systems Database perlu dipertimbangkan, mengingat tingkat keamanan yang beresiko tinggi dan implikasi pada Cost Control yang cukup tinggi bila menerapkan Full Open Systems Database. Untuk kegiatan bisnis tertentu dapat menerapkan teknologi mirroring atas data yang bersifat keluar yaitu pada pelanggan dan pada pemasok. Pada Open systems, paling tidak menerapkan Validasi input data pada akses masuk sistem yang berlapis dengan tehnik kriptografi (Enkripsi) user yang berhak serta penerapan Biometric Validation System dengan berbagai bentuknya.

SIA dan Pengendalian

Efraim Turban menyatakan lima strategi dasar dalam membangun sistem pengendalian dalam bisnis dengan dengan basis komputerisasi, meliputi Controls for Preventing and Deterrence, Detection, Limitation, Recovery, Correction. (2001:667). Strategi ini yang diterapkan secara integral pada berbagai departemen yang terlibat dalam networking dalam kerangka kelancaran proses pengolahan dan manipulasi data serta pelaporannya untuk menjamin tidak terjadinya kesalahan dan malfungsi sistem.

Struktur Pengendalian Intern dalam sistem informasi akuntansi dari COSO (Committee of Sponsoring Organizations) yang dikembangkan saat ini terdiri dari lima komponen yaitu Pengendalian Lingkungan, Pengendalian Operasional, Pengendalian – Penilaian Resiko, Pengendalian Informasi & Komunikasi, Pengendalian dgn Pengawasan Kinerja dan ISACF (Information systems Audit and Control Foundation mengembangkan kerangka pengendalian COBIT (Control Objective for Information and Related Technology) (Romney, 2004:230, Jilid 1), implementasinya akan memberikan pengendalian yang melibatkan pihak manajemen untuk melakukan perbandingan atas praktik keamanan dan pengendalian dalam lingkungan teknologi informasi yang dikembangkannya, dan memberikan user merasakan pelayanan dari aplikasi teknologi informasi berupa jaminan kemanan yang memadai serta kemudahan bagi auditor dalam melakukan verifikasi internal guna rekomendasi atas sistemnya. COBIT merangkum standar pengendalian berdasarkan pada 36 sumber yang berbeda dalam satu kerangka pengendalian yang akan memberikan dampak besar dalam pengendalian sistem informasi basis komputer. (Romney, 2004:232, jilid 1). Standarisasi pengendalian intern yang diberikan COSO maupun COBIT telah mencakup integralisasi sistem dan lingkungannya dalam sistem informasi akuntansi berbasis komputer dengan penggunaan model ERP.

Implikasi yang terjadi pada Pengendalian intern dan Audit yang termasuk dalam Statement On Auditing Standards (SAS) no. 78 meliputi Otorisasi Transaksi, berupa membangun sistem validasi user saat masuk ke dalam suatu modul. Pemisahan Fungsi, penekanannya pada sedekat mungkin “sumber “ pada “kejadiannya” dan penerapan berbagai alat deteksi user dengan Privillege System. Supervisi atau Pengawasan bergeser pada kemampuan reaksional dari bagian struktur organisasi terbawah yang dapat melakukan tindakan secara otomatis berdasarkan pengendalian intern dalam sistem, sehingga pengembangan pengawasan menuju pada pengawasan atas kemampuan dan kecakapan dari personel lapis bawah dan meningkatkannya pada pengawasan yang lebih meluas (Span Control). Data Accounting, menjadi sangat up to date dengan sistem on-line real time sehingga membutuhkan pengendalian atas kebenaran data yang akurat dan bersih dengan menerapkan pendukung berupa program aplikasi pembetulan dan pembersihan data yang menjembatani antara ERP dengan aplikasi yang menggunakan data-datanya, semacam Firewall, Anti Virus, dll. Pengendalian Akses, adalah syarat paling mutlak dalam kondisi ERP dalam bisnis Open Systems dengan memaberikan pembatasan akses pada data-data yang mempunyai nilai dan beresiko tinggi serta menerapkan beberapa lapis kendali pada kewenangan akses terhadap sentral basis data atau database, perencanaan detail dan perubahannya perlu dilakukan secara temporer terhadap sentral sistem dan perkembangannya termasuk review atas kode akses dan user privillege, demikian juga proses verifikasi secara independen melalui rekonsiliasi data, reengineering terhadap sistem untuk peningkatan performanya. Audit terhadap Sentral Data, prosedur analitical review dengan subtantive test terhadap sentral data merupakan bagian penting untuk menciptakan keandalan dan meterialitas data demikian pula Compliance Test atas kepatuhan pada kewenangan dan validasi serta akses data.(James A. Hall, 2003:569).

Anita Denis, mengemukakan hasil penyampaian brosur dari Organisasi Internasional pada survei mengenai internal control :

“Sponsoring Organizations of the Treadway Commission (composed of representatives of the major U.S. accounting associations, including the American Institute of CPAs) has published a brochure listing “commonsense” questions to help directors and senior executives assess their organizations’ internal controls. Internal controls make news when earnings forecasts prove erroneous, previously reported earnings are revised or fraud occurs. A lack of effective controls can spell fiscal disaster, as was seen in the bankruptcy of Orange County, California, where the county sustained approximately $1.69 billion in derivatives-related losses.” (1995)

Kerugian yang besar dalam Sistem Informasi yang pengendalian internnya lemah, sekaligus menjadikan pengendalian intern yang baik sebagai prasyarat dalam optimalisasi Sistem Informasi Akuntansi dalam bisnis yang dilakukan dengan Open System, mengingat kerangka database yang terbuka aksesnya bagi siapa saja yang membuka peluang besar dalam penyalahgunaan data perusahaan.

Penutup

Komitment Manajemen dalam mengatasi kompetisi bisnis global memerlukan Keterbukaan dengan berbagai pihak, termasuk pelanggan sebagai Critical Success Factor dalam persaingannya membutuhkan sebuah media yang dapat menglobalisasikan perusahaannya dengan cepat. Hal ini dengan penerapan teknologi informasi yang dikembangkan sedemikian rupa untuk mencapai kemampuan atas peningkatan kualitas produk dan jasa pelayanannya serta meningkatkan hubungan yang lebih erat dengan pelangganya untuk mencapai tingkat Customer Loyality. Implikasi pada kebijakan ini adalah dengan pengembangan sistem informasi akuntansi yang berbasis komputer (Computer Based Information Systems – CBIS) dengan menerapkannya secara Open System yang memberikan peluang besar bagi perusahaan, namun sekaligus juga memberikan implikasi signifikan pada resiko keterbukaaan data berupa peluang penyalahgunaanya, sehingga membutuhkan pengelolaan serius dalam pengembangan dan implementasi Sistem Pengendalian Internnya (Internal Controls Systems) yang mengalami pergeseran dan perluasan pada tehnik dan metode pengendaliannya. Penggunaan alat-alat pengendalian seringkali perlu modifikasi dan perubahan mengingat pada kecepatan perubahan teknologi komunikasi dan informasi.

Daftar Pustaka

Blocher, Chen & Lin “Manajemen Biaya Jilid 1”, Diterjemahkan oleh A. Susty Ambarriani, M.Si, Akt., Mc Graw Hill CompaniesInc., Salemba Empat, Jakarta, 2000.

Dennis, Anita, Never fear change – new AICPA President Barry C. Melancon’s views on the accounting profession“, Journal of Accountancy, July 1995. FindArticles.com http://www.findarticles.com/p/articles/mi_m6280/is_n1_180/ai_17322372

Hall, James A., “Accounting Information Systems”, 3rd Edition, 2003

Josua Tarigan, “Biometric Security: Alternatif Pengendalian dalam Sistem Informasi”, Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol 6 No.2, 2004:90-105, Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Petra, Http://puslit.petra.ac.id/~puslit/journals/

Kaj Storbacka & Jarmo R. Lehtinen, “Customer Relationship Management, Creating Competitive Advantage through win-win Relationship Strategies”, Mc Graw Hill Education, Singapore, 2001.

Marshall B. Romney & Paul John Steinbart, “Accounting Information Systems, Jilid I-II”, 9th Edition, , Diterjemahkan oleh Dewi Fitriasari, S.S, M.Si. dan Deny Amos Kwary, S.S., Pearson EducationPrentice-Hall, Salemba Empat Jakarta, 2004.

Michael E. Porter dalam Marshall B. Romney & Paul John Steinbart, “Accounting Information Systems, Jilid I”, 9th Edition, , Pearson EducationPrentice-Hall, Salemba Empat Jakarta, 2004.

Pikiran Rakyat, 23 Mei 2007-“ Rubrik Apa dan Siapa”

Schmitt, Bernd H., “Experiental Marketing, How to Get Customers to Sense, Feel, Think, Act and Relate to Your Company Brands”, The Free Press, New York, USA, 1999.

The Deloitte & Touche Review dalam Blocher, Chen & Lin “Manajemen Biaya Jilid 1”, Mc Graw Hill CompaniesInc., Salemba Empat, Jakarta, 2000.

Turban, Mc Lean & Wetherbe, “Information Technology for Management, Making Connection for Strategic Advantage”, 2nd Edition, John Willey & Sons, Inc., USA, 2001.

Dennis, Anita, Never fear change – new AICPA President Barry C. Melancon’s views on the accounting profession“. Journal of Accountancy. July 1995. FindArticles.com. 26 Mar. 2007. http://www.findarticles.com/p/articles/mi_m6280/is_n1_180/ai_17322372

January 18, 2009 Posted by | Sistem Informasi Akuntansi | Leave a comment

Kapitalisasi Human Resources Sebagai Kriteria Sukses Dalam Bisnis Global

Abstrak

Global Business tidak dapat dihindari, termasuk perubahannya Business Change. Implikasi besar adalah pada Human Change secara behavioralistic dalam kemampuan respons dan adaptasi pada perubahan yang sangat cepat. Globalisasi yang menuntut Daya Sebar dan Konowledge dari Human Resources menjadikan perusahaan untuk meningkatkan kemampuan karyawannya untuk mengatasi batasan wilayah dengan kecepatan adaptasi tinggi. Pola Kapitalisasi dengan pengukuran Signifikansi dari input pada output menjadi pilihan dalam antisipasi kompetisi global dengan basis Konowledge Management. Human Capital Management merupakan pergeseran kerangka manajemen dari Human Resources Management diimplementasikan perusahaan dalam upaya optimalisasi Human Resources menjadi dasar strategi bisnis perusahaan untuk antisipasi Future Business. The Value of People What They Produce merupakan konsep dasar Human Capital Management sebagai penggerak utama organisasi bisnis menjadikannya pada posisi Critical Success Factor dalam Global Business Change.

Pendahuluan

Business Global Change issue yang tengah diantisipasi Manajemen Organisasi Bisnis dengan menggunakan kerangka Manajemen Proses Bisnis merupakan hal yang kompleks dan secara signifikan melibatkan Human Change dan Organisational Change, dan Redefinisi Stakeholders yang melibatkan Human Resources sebagai salah satu Stakeholder serta penerapan Knowledge Based Manajemen dalam kerangka Manajemen Proses (Roger T. Burlton, Business Process Management, 2001, hal 1, Stephen Mc Laughlin, Robert Paton, Douglass K Macbeth, International Journal of Knowledge and Process Management, hal 2), menunjukkan posisi manusia pada posisi yang krusial dalam Proses Bisnis dan Perubahannya. IBM memberikan kriteria yang menjadi fokus dan perhatian khusus pada hasil studi dari 400 Perusahaan Terkemuka di 40 Negara bagi pengembangan Sumber Daya Manusianya – SDM yaitu : Developing an adaptable workforce – A critical capability, Revealing the leadership gap – Future growth at risk, Cracking the code for talent, Driving growth through workforce analytics (IBM, Human Capital Study, 2008, hal 6), demikian pula DHL World Wide Express membuat perencanaan 5 tahun kedepan pada tahun 2007 yaitu (1) Develop and retain global talent, (2) Intensity Our Customer Focus, (3) Deliver Consistent Service Excellence, (4) Extend Our Capabilities, (5) Retentlessly improve efficiency, (6) Activelly Lead Social Responsibility (DHL Introduction Plan, 2007, hal 27), demikian pula pencapaian Coca Cola sebagai Pemenang HR Strategic Award dari Asosiasi Human Resources (SHRM) thn 2007, memberikan gambaran bahwa Fokus dan perhatian khusus pada SDM eksistensinya memberikan dampak besar pada organisasi bisnis dan diakui sebagai faktor penentu dalam keberhasilan bisnisnya (Critical Success Factors). Hasil survei dari KPMG Consultant & Auditor dan CIES Food business Forum mengenai sustainability membagi 4 tema utama pada surveinya di bidang bisnis Makanan dan Retail yaitu Growth, Sustainability, Cost Optimization & Human Capital, dan menunjukkan Human Capital pada posisi 30,6% dari keempat komponen survei serta menyarankan bahwa Human Capital adalah Agenda Utama dalam Coorporate Strategic (KPMG CIES Survey 2008, hal 2).

Identifikasi Permasalahan

Permasalahan yang timbul pada manajemen sumber daya manusia adalah kemampuan adaptasi manusia atas perubahan yang terjadi sangat cepat – Human Ressistance dan sekaligus merupakan peluang bisnis yang perlu diraih organisasi bisnis sebagai akibat kompetisi global, Gap pemahaman Konseptual Futuristik antara level manajerial dengan pemahaman teknis saat ini pada level operasional (IBM, et. al., 2008, Roger T. Burlton, et. al. 2001, CIPD Research, Change Management, 2007) dan kondisi HRD yang sedang dalam transisi memenuhi tuntutan dan kriteria atas perubahan-perubahan bisnis yang terjadi tersebut (Michael Losey, The Future of Human Resources Management, hal 21). Masalah lain adalah waktu yang dibutuhkan dalam mendapatkan komitment karyawan yang sinkron dan dapat bersinergi dengan komitment organisasi sejak mulai rekruitmen hingga tercapainya komitmen, turnover karyawan yang tinggi yang dapat memberikan image buruk pada business ethics sebagai stakeholder serta mahalnya biaya pemutusan hubungan kerja (DHL et. al., 2007, Roger T. Burlton, et. al., 2001). Pola Leadership juga mengalami kesulitan dalam mendapatkan karyawan yang mampu menjadi leader sekaligus Mentor (IBM, et. al., 2008, hal 7). Dari hasil Survei KPMG dan CIES menunjukkan bahwa 51% pendekatan pada Suistanibility yaitu dengan business driver berupa Inovasi (KPMG-CIES et. al., 2008, hal 24), yang membutuhkan aspek Konowledge Management yang baik dalam melaksanakan Human Capital Management, permasalahan yang timbul dalam hal ini adalah Komunikasi dan Kolaborasi yang bersifat global intra dan ekstra departemental, Cabang dan Pemisahan Batas Regional membutuhkan infra struktur dan Network yang kuat agar Business Change dan Change Management organisasi serta Transfer knowledge dapat tetap terkomunikasikan secara baik disertai evaluasi dan pengukuran yang akurat pada performa kinerja dan kesesuaiannya dengan anggaran yang tersedia. Permasalahan tersebut di atas adalah permasalahan yang timbul bagi kepentingan organisasi bisnis dalam mengatasi Global Change in Business termasuk kompetisi bisnis. Masalah Berikutnya adalah berkenaan dengan aspek Humanisasi dan Dehumanisasi dari Implementasi Human Capital Management.

Pembahasan Konseptual

Dalam mengatasi Business Change, CIPD meyakini Human Capital adalah pendekatan Strategis dalam mengatasi Suistanibility jangka Panjang dan Performa Kinerja bagi perusahaan dengan membagi Tiga faktor utama dalam membangun Intellectual Capital Perusahaan, yaitu Human Capital, Organisational Capital dan Social Capital (CIPD, Human Capital Panel Report, 2006, hal 3, KPMG-CIES, et. al. 2008, hal 24). Lebih jauh definisi Human Capital meliputi skills, pengalaman dan kapasitas untuk berkembang dan berinovasi yang dimiliki oleh tiap individual Sedangkan Organisational Capital merupakan modal yang terkandung dalam organisasi termasuk didalamnya Organisational Knowledge, sedangkan Social Capital menunjukkan Struktur, networks dan Prosedur yang dapat mengakomodasi antara Human Capital dan Organisational Capital sehingga menjadi infrastruktur bagi komunikasi antar individu untuk peningkatan dirinya dan berbagi dengan individu lainnya dalam organisasi atau lintas organisasi (CIPD, et.al., 2006, hal 6).

Perbedaan Human Resources Management dengan Human Capital Management

Terdapat beberapa Tahapan dan kriteria dalam Human Management-HR secara konseptual, antara lain Pemahaman dan Pengaturan Personel, Investasi Human Resources ke masa depan dengan profesionalisme, Belajar dari yang Menguasai dan Lakukan Perubahan Signifikans pada Aturan HR, Menanamkan, membuat dan Mengadaptasikan Kondisi Bisnis Organisasi pada budaya personel, Rethinking Organisation pada kapasitas – Bukan Struktur, HR Research and Science-knowledge Based, Meciptakan Collaboration dan Cooperation yang Saling menguntungkan, Responsif pada keinginan sosial dan kebijakan publik (Business Ethics), Live Globally Act Locally, (Michael Losey, at. al., hal 24). Kriteria tersebut adalah kriteria yang dibangun oleh HRD pada organisasi dengan orientasi pada kepentingan Stakeholders dengan berbasis pada knowledge. Analisa CIPD membaginya menjadi dua katagori yaitu Organisational Development dan Human Development (CIPD, Change Management, 2007). Dalam Organisational Development CIPD memberikan guidance, sbb :(1) Memberikan Pengembangan Organisasi Secara Historis dan Memberikan Stressing Point pada term yang membingungkan, (2) Menyediakan banyak Definisi-kejelasan dan identifikasi fitur-fitur umum, (3) Sosialiasi Metodologi Pengembangan Organisasi, (4) Forum Diskusi dan Komunikasi dengan Referensi Ahli, (5) Analisis Pada Riset. (CIPD, Organisational Development, 2007).

Kerangka Proses Bisnis dalam Mengatasi Perubahan HR yang dikemukakan Roger T. Burlton al. Desain Perubahan Struktur SDM dgn Mengarahkan Pd Kriteria Sistem dari Pendekatan Bisnis yg Baru à Stakeholder & Customer Oriented, Pelaksanaannya Mengikuti Fase Perubahan Management, Mengarahkan dan Sosialisasi SDM pada Kebiasaan, Pengertian, Pengetahuan serta Solusi-solusi Bisnis/kerja Baru.(Gaining Experience) à interpretasi antar Level organisasi & Fungsional, Menerapkan Metodology yg Tepat dlm Proses Transisi Perubahan SDM à Misalnya : Pendekatan CBAM-Concern based Adoption Model & hirarki needs Maslow, Mengembangkan Rencana Pola Komunikasi SDM, mis: menunjuk Agent of Change, Meeting, pelaporan, Formal & Informal, dll., Kerjasama Integral & Aktif dlm Sesama Pelaku Perubahan dan Pola Keteladanan Pemberian Contoh., Pelaksanaan yg Berkesinambungan Program Komunikasi Antar SDM (Roger T. Burlton, et. al., 2001).

Dari hasil Diskusi Panel CIPD dengan 7 perusahaan terkemuka memberikan Pengembangan Proses Human Capital antara lain : (1) Menilai Efektivitas HR, (2) Mengevaluasi Dampak dan Efektivitas People Management Process, (3) Penggunaan Data Human Capital (4) Pengembangan Atas Ukuran dari perhitungan ROI-Return On Investment in People, (5) Human Capital Management termasuk didalamnya secara strategis memfokuskan pada pelaporan atas Human Capital.

Andrew Mayo, Professor of Human Capital Management dari Middlesex University, memberikan gambaran perbedaan antara Human Resources Management-HRM dengan Human Capital Management-HCM adalah berbeda pada penekanan dari “The value of people and what they produce”, dibandingkan dengan fokus dari Fungsi Human Resources itu sendiri. Fokus HCM Menilai dampak dari praktek People Management dan kontribusinya pada ukuran garis batas terendah dari performa kinerjanya.(CIPD, Human Capital Panel Report, 2006).

Pergeseran paradigma dari Human Resources Management menjadi Human Capital Management, tampaknya menjadi keharusan dalam mengatasi persaingan bisnis global secara konseptual.

Pembahasan Kasus

Hasil dari Diskusi panel CIPD dengan 7 perusahaan besar, menunjukkan kerangka proses Human Capital sbb :

Capital Management Journey by CIPD

Sumber : CIPD, Human Capital Panel Report, 2006

Sedangkan Solusi dari IBM dalam rencana Global Human Plan-nya meliputi (1) Pengembangan Tenaga Kerja Pada Kemampuan Adaptasi Perubahan à A Critical Capability, (2) Menjembatani Gap Leadership à Resiko Perkembangan Masa Depan, (3) Memecahkan Struktur Pengembangan Bakat, (4) Melakukan Pengembangan Melalui Metode Analitis Pengukuran Tenaga Kerja.

Deskripsi Singkat atas Rencana Human Plan IBM adalah :

1. Pengembangan Tenaga Kerja Pada Kemampuan Adaptasi Perubahan à A Critical Capability

· Organisasi Harus Mampu Memprediksikan Kebutuhan Kriteria Skill Masa Depan

· Identifikasi & Alokasi Tenaga Ahli yg Efektif

(Sesuai dengan Kriteria Perubahan Bisnis Masa Datang)

· Melepaskan Batasan Individu dengan Kelompok

· Menggali Kemampuan Kerjasama Antar Organisasi Lintas Departemen & Wilayah

· Melepaskan Batasan Organisasi (Fungsional / Departementalisasi), Batasan Waktu dan Budaya

(Key Strategi ini diharapkan mampu Melatih Kemampuan Adaptasi Personel dlm berbagai Keadaan)

2. Menjembatani Gap Leadership Resiko Perkembangan Masa Depan

· Dukungan Data & Informasi sebagai Guidelines Future Change pada Tiap Lapisan Organisasi

· Menunjuk/Menetapkan Agent of Change dlm hal ini merubah pola Leadership juga merangkap sebagai Mentor bagi Timnya. (Alice M. Fairhurst and Monica Garcia, Mentoring, Type and Copy to Change, California Institute of Technology)

· Fungsi HR, menetapkan & Menyediakan Lebih Jelas Carier Path Individual & Memberikan Guidelines

3. Memecahkan Kode Struktur Pengembangan Bakat

· Mengelola Pendekatan Analitis & Terstruktur untuk Menarik, Mengembangkan & Memelihara Tenaga Kerja Utama (Key Personel) à Carier Path Development & Analysis

· Membuat Segmentasi & Target Bakat Personel

· Mengelola Komunitas Personel Lama dan Alumni dlm Dunia Virtual sbg Sarana Mengumpulkan Populasi yg Cerdas

4. Melakukan Pengembangan Melalui Metode Analitis Pengukuran Tenaga Kerja

· Mengembangkan & Memperdalam Performa Tenaga kerja Operasional dalam Standar Mutu Tinggi Untuk mengatasi Gap Paradigma Manajerial yg Futuristik dgn Operasional yang Teknis pd Keadaan yg Berjalan

· Meningkatkan Pertumbuhan Tenaga Kerja Manajerial untuk Mengatasi kekurangan Tenaga Manajerial yg Berorientasi pada Perubahan Masa Depan

Key Priorities 2007 yang dikemukakan DHL World Wide Express meliputi Performance, Cash, Organic Growth, “First Choice”, Finish Integration and Freight Delineation, Collaboration, We are confident of strong growth and progress in 2007, Serta agenda rencana 5 tahun kedepan yang meliputi Lowering cost to serve, Innovation & investment in products, & people, “Game-changing-deals”, Broadening end-to-end supply chain capabilities . Dari key factors dan Agenda DHL menunjukkan prioritas terdapat pada Human Resourcesnya dengan implementasi Human Capital yaitu penekanan pada Collaboration, Inovation & Investment in Product & People, lebih jauh perencanaan DHL dalam Human Resourcesnya memberikan Stressing Point pada Global human talent supply & demand imbalance challenges international business, Global skill imbalance, Employee opportunity to attract & retain talent globally.

Dari Hasil Penelitian CIPD, IBM dan DHL Plan menunjukkan dengan jelas antisipasi mereka pada implementasi dari Human Capital sebagai solusi bisnis dalam mengatasi Bisnis Global dengan segala perubahannya. Trend lain dalam implementasi management adalah penggunaan kriteria Pengukuran Triple Bottom Line (3BL) yang mengarahkan pada Corporate Social Responsibilities (CSR).

Dari Redefinisi Stakeholder dengan menempatkan People termasuk didalamnya adalah Employee, serta penempatan Business Ethics merupakan Balancing terhadap kemungkinan negatif dari implementasi Human Capital Management dengan pengukuran Return On Ivestmentnya terhadap karyawan sebagai investasi memberikan tuntutan keras bagi pengembangan karyawan dalam Hard Skill dan Soft Skillnya. Tuntutan Global Changes memberikan implikasi pada adanya Soft Skills karyawan pada kemampuan adaptasi (Adaptive Respons) yang relatif membutuhkan waktu proses agak lama diantisipasi dengan banyaknya pelatihan serta Job Rotation & Promotion pada skala global dengan membebaskan ruang departementalisasi dan wilayah yang tentunya diimbangi dengan pola Partnership & Supply Chain terhadap Employee. Turn Over Karyawan yang berimplikasi negatif terhadap performa kinerja dan Negative Image dari Business Ethics merupakan pertimbangan tersendiri bagi organisasi bisnis dalam pertimbangan pengukuran Corporate Social Responsibilitiesnya (CSR), hal tersebut di atas merupakan solusi atas masalah Adaptive Respons.

Developing Global Talent (DHL) dan Cracking The Code for Talent (IBM) prioritas yang dilakukan dalam antisipasi Employee turn Over dimulai sejak Recruitment disertai kejelasan Carier Track Record & Path serta peluang bekerja Global adalah komitment yang dibina perusahaan dengan karyawan sejak awal disertai pengukuran kinerja What They Produce – Return On Investment – ROI. Dimulai sejak Penyetaraan budaya personel terhadap budaya bisnis perusahaan dengan kesinambungan dan berstruktur serta kejelasan dalam pencapaian dan kemungkinan untuk masa depannya yang disertai dengan komitment perusahaan dengan pola Partnership.pengembangan ini merupakan juga strategi dalam antisipasi Employee turn Over dan Penghindaran atas mahalnya biaya pemutusan tenaga kerja.

Collaboration intra dan ekstra organisasi tanpa batasan wilayah, termasuk komunikasi dengan alumni perusahaan (IBM) dengan membangun Virtual Community, merupakan salah satu bentuk soliditas antara karyawan dengan perusahaan dengan kebutuhan pada infrastruktur komunikasi data secara on-line memberikan dukungan pula pada pola evaluasi analitis dari kinerja karyawan serta meningkatkan performa transfer knowledge diantara sesama karyawan dan dengan perusahaan dengan Knowledge Information Systemnya dan bahkan keterbukaannya pada publik mengarahkan pada citra CSRnya. IBM juga mengembangkan pola kolaborasi dan menggunakan pendekatan Mentor pada leadershipnya untuk menjembatani Future Business Gap, Media komunikasi dengan Virtual Community merupakan bagian dalam proses mengurangi Gap tersebut.

Implementasi CSR, Partnership serta Employee Supply Chain bagi perusahaan secara tidak langsung merupakan cara dalam proses Humanisasi – Human Capital Management. Namun untuk Lebih jauh mengenai hal ini diperlukan analisa dan evaluasi lebih lanjut bagi pengembangan pemahaman atas Humanisasi atau Dehumanisasi sebagai Implikasi dari penerapan Human Capital Management.

Kesimpulan

Human Capital dianggap mutlak sebagai solusi Global Business Change, kesepakatan organisasi bisnis ditunjukkan dengan bisnis plan mereka demikian juga dari konsultan HR, Metode, Pendekatan dan Prioritas disesuaikan dengan keadaan masing-masing perusahaan. CSR sebagai satu pendekatan manajemen yang digunakan, Partnerhip serta pertimbangan employee turn over dan mahalnya biaya pemutusan tenaga kerja serta penempatan Business Ethics sebagai stakeholder dan bagian dari fokus manajemen dapat dianggap sebagai proses Humanisasi – Human Capital Management.

Referensi

1. Alice M. Fairhurst and Monica Garcia, Mentoring, Type and Copy of Change, Jet Propulsion Laboratory, California Institute of Technology

2. BNET Business Network, SHRM 2007 Human Capital Leadership Award Winners Announced, Business Wire, Oct 11, 2007 , http://findarticles.com/p/articles/mi_m0EIN/is_2007_Oct_11/ai_n27405068

3. CIPD UK. HR Consultant, Human Capital Panel Report, 2006, www.cipd.co.uk

4. CIPD UK.HR Consultant, Research, Change Management, organisational Development, Human Capital Management, Nov, 2007, http://www.cipd.co.uk/subjects/corpstrtgy/changemmt/chngmgmt.htm?IsSrchRes=1

In CIPD Cange Management.doc

5. Coca Cola, Annual Report, 2007, www.cocacola.com

6. Coca Cola, Suistanibility Review, 2007-2008., www.globalreporting.org

7. DHL, Introduction Plan, 2007, www.dhl.com

8. IBM, Adaptable Workforce, Unlocking the DNA of theThe Global Human Capital Study, 2008, www.scribd.com

9. KPMG-CIES-survey-2008_SustainibilitySurveyCustomerProduct, http://www.kpmg.com

10. Michael Losey, Sue Meisinger, Dave Ulrich, The Future Of Human Resources Management – 64 thought Leaders Explore the Critical HR Issues of Today and Tomorrow, John Willey & Sons Publisher Inc., 2005.

11. Roger T. Burlton, Business Process Management-Profiting from Process, Sams Publishing, USA, 2001.

12. Stephen Mclaughlin, Dr., Robert A. Paton, Prof., Douglas K Macbeth, Prof., Knowledge Management Framework for Process Aligned Organizations: an IBM Case, A research paper for: The International Journal of Knowledge and Process Management, www.ibm.com, business case.

January 11, 2009 Posted by | Manajemen | Leave a comment

Hello world!

Suistanibility Improvement

Just Want to Share…

Wishing Think and Act More  Widely & Wisely

Suistanibility Improvement

December 21, 2008 Posted by | Akuntansi, Manajemen, Metaphora, Sistem Informasi Akuntansi, Umum, Uncategorized | 1 Comment